Tradisi Saprahan Melayu Pontianak
Tradisi saprahan Melayu Pontianak adalah cerminan kearifan lokal yang sangat berharga. Foto:Instagram@puspita_nagari_--
Walaupun zaman terus berubah, tradisi saprahan masih tetap bertahan. Di Pontianak, saprahan sering dijadikan bagian penting dalam acara adat maupun kegiatan resmi pemerintah daerah. Bahkan dalam festival budaya, saprahan kerap ditampilkan sebagai bentuk promosi kearifan lokal kepada wisatawan.
Menariknya, di tengah modernisasi, tradisi ini juga mengalami adaptasi. Misalnya, penataan tempat dibuat lebih rapi agar bisa menampung banyak orang sekaligus. Alat makan modern juga digunakan pada sebagian acara untuk menyesuaikan dengan kebutuhan. Namun, meski ada penyesuaian, makna dasar saprahan tetap sama: kebersamaan dan kesetaraan.
Kini, saprahan bahkan menjadi daya tarik wisata budaya. Banyak wisatawan yang tertarik untuk ikut merasakan pengalaman makan bersama dengan cara tradisional Melayu ini. Bagi mereka, saprahan bukan hanya soal makanan, melainkan juga pengalaman hidup yang sarat makna.
BACA JUGA:Rumah Adat Sasak: Identitas Budaya Lombok yang Unik
Pentingnya Melestarikan Saprahan
Saprahan adalah warisan yang memperkaya identitas masyarakat Melayu Pontianak. Tradisi ini mengingatkan bahwa makan bukan hanya untuk mengisi perut, tetapi juga sarana untuk mempererat persaudaraan.
Jika tidak dijaga, dikhawatirkan tradisi ini akan tergeser oleh gaya hidup modern yang serba individual.
Karena itu, menjaga saprahan sama artinya dengan menjaga jati diri masyarakat Melayu.
BACA JUGA:Tradisi Rokat Tase Masyarakat Madura yang Sarat Makna
Upaya melestarikan bisa dilakukan dengan terus melibatkan generasi muda dalam setiap pelaksanaan, serta menjadikannya bagian dari kegiatan budaya di sekolah maupun komunitas.
Dengan demikian, saprahan tidak hanya menjadi kenangan masa lalu, tetapi tetap hidup di tengah masyarakat hingga masa depan.
Tradisi saprahan Melayu Pontianak adalah cerminan kearifan lokal yang sangat berharga. Dari cara sederhana makan bersama di atas tikar, tersimpan pesan mendalam tentang kesetaraan, kebersamaan, gotong royong, dan persaudaraan.
Tradisi ini bukan hanya warisan budaya, melainkan juga nilai kehidupan yang relevan untuk diterapkan kapan pun dan di mana pun.
BACA JUGA:Tradisi Perang Nasi di Ngawi: Perayaan Panen yang Unik dan Penuh Keceriaan
Melalui saprahan, masyarakat Pontianak menunjukkan bahwa kebersamaan lebih berharga daripada perbedaan.
Duduk sama rendah, makan dalam satu talam, dan saling berbagi menjadi simbol persatuan yang tak lekang oleh waktu.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




