Tradisi Saprahan Melayu Pontianak

Tradisi Saprahan Melayu Pontianak

Tradisi saprahan Melayu Pontianak adalah cerminan kearifan lokal yang sangat berharga. Foto:Instagram@puspita_nagari_--

Setiap talam biasanya dinikmati oleh empat hingga enam orang. Mereka duduk bersila melingkar, lalu makan bersama dengan tangan. 

Dalam perkembangannya, penggunaan sendok kadang dipilih agar lebih praktis dan higienis, namun tetap tidak mengurangi makna dari saprahan itu sendiri.

BACA JUGA:Candi Borobudur: Mahakarya Nusantara dari Magelang, Jawa Tengah

Nilai-Nilai yang Terkandung

Saprahan bukan hanya sebuah prosesi makan bersama, melainkan wadah untuk menanamkan nilai sosial dan budaya. Ada beberapa makna penting yang bisa dipetik dari tradisi ini:

1. Kesetaraan

Tidak ada perbedaan kedudukan dalam saprahan. Semua orang duduk sama rendah dan berbagi makanan dari wadah yang sama. Hal ini mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan.

BACA JUGA:Mubeng Beteng Yogyakarta, Tradisi Satu Suro Penuh Makna

2. Kebersamaan

Duduk melingkar dan makan bersama menciptakan rasa akrab, sehingga hubungan antarwarga menjadi lebih erat. Saprahan memperlihatkan bahwa kebersamaan adalah kunci keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Gotong Royong

Seluruh persiapan dilakukan bersama. Dari memasak, menata tempat, hingga membersihkan lokasi setelah acara, semuanya dikerjakan secara kolektif. Gotong royong ini mencerminkan semangat solidaritas masyarakat Melayu.

BACA JUGA:Keraton Surakarta Hadiningrat: Pusat Sejarah dan Budaya Jawa di Kota Solo

4. Pewarisan Budaya

Anak-anak yang ikut serta dalam saprahan akan belajar tentang tata cara menghormati orang tua, menjaga kesopanan, serta memahami makna berbagi. Dengan demikian, tradisi ini sekaligus menjadi media pendidikan karakter bagi generasi muda.

BACA JUGA:Pakaian Adat Riau: Identitas Melayu yang Menjaga Kesantunan

Saprahan di Era Modern

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: