Tradisi Melabuh Suku Banjar dan Dayak, Warisan Sakral dari Kalimantan
Upacara Melabuh Banjar-Dayak jadi wujud penghormatan terhadap alam dan leluhur-Foto instagram @kalimantanpunya.id @banjarbarumedsos-
BACA JUGA:Upacara Adat Badudus Mandaring: Ritual Penyucian Suci Masyarakat Dayak
Sedangkan pada masyarakat Dayak, sesaji disiapkan lebih lengkap. Selain hasil bumi seperti padi, buah, dan sayuran, mereka juga menambahkan patung kecil dari kayu atau bambu yang melambangkan roh penjaga hutan. Hewan persembahan seperti ayam atau babi kadang digunakan sebagai simbol pengorbanan dan penghormatan terhadap alam.
Setelah semua sesaji siap, upacara dipimpin oleh tokoh adat atau pemimpin spiritual. Dalam tradisi Banjar, pemimpin upacara disebut pambakal, sementara di kalangan Dayak disebut balian.
Tokoh adat akan membacakan doa dan mantra yang ditujukan kepada Tuhan dan roh penjaga alam agar menerima persembahan tersebut. Selama doa berlangsung, suasana dibuat hening dan khidmat.
Setelah doa selesai, sesaji kemudian dilarungkan ke sungai atau laut. Saat sesaji mengalir mengikuti arus air, masyarakat percaya bahwa semua kesialan, penyakit, dan energi negatif ikut terbawa pergi. Mereka berharap kehidupan menjadi lebih bersih, damai, dan sejahtera.
BACA JUGA:Pakaian Tradisional Suku Dayak Kalimantan Tengah
Simbol dan Nilai Filosofis dalam Melabuh
Tradisi Melabuh tidak sekadar upacara adat, tetapi juga mengandung nilai filosofi yang mendalam. Air menjadi unsur utama karena dianggap sebagai lambang kehidupan, penyucian, dan keseimbangan. Air dipercaya mampu membersihkan manusia dari segala kotoran batin dan menghubungkan dunia nyata dengan dunia spiritual.
Sesaji yang digunakan dalam Melabuh melambangkan kerendahan hati manusia di hadapan alam semesta. Bunga yang harum melambangkan keindahan dan ketulusan, sementara kemenyan dan dupa menggambarkan doa yang naik ke langit, menghubungkan manusia dengan roh-roh leluhur.
Ayam atau hewan korban mencerminkan pengorbanan dan perlindungan. Setiap unsur memiliki arti yang saling melengkapi, membentuk simbol keseimbangan antara manusia dan alam.
BACA JUGA:Keindahan Tari Dadas dan Tari Bawo, Warisan Budaya Suku Dayak Kalimantan
Perbedaan Tradisi Melabuh Suku Banjar dan Dayak
Meskipun sama-sama disebut Melabuh, pelaksanaannya antara Suku Banjar dan Dayak memiliki perbedaan yang khas.
Pada masyarakat Suku Banjar, tradisi ini sering dilakukan di tepian sungai besar seperti Sungai Martapura atau Barito.
Upacara dilakukan dengan sentuhan nilai-nilai Islam, karena masyarakat Banjar mayoritas beragama Islam.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





