Disway Awards

Potong Jari di Papua: Ritual Duka yang Penuh Arti

Potong Jari di Papua: Ritual Duka yang Penuh Arti

Tradisi ini mengajarkan bahwa duka bukan hanya perasaan yang disimpan dalam hati, tetapi juga sesuatu yang bisa diungkapkan secara nyata, bahkan dengan pengorbanan pribadi. Foto: Instagram@viktoradiatma--

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Di balik panorama alam Papua yang memukau, tersimpan sebuah tradisi kuno yang pernah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat pegunungan. 

Tradisi ini dikenal dengan nama Iki Palek atau potong jari, sebuah ritual yang sarat makna bagi Suku Dani di Lembah Baliem.

Bagi banyak orang, memotong bagian tubuh sendiri demi alasan adat terdengar ekstrem. 

Namun bagi Suku Dani, tindakan ini bukanlah sekadar luka fisik, melainkan sebuah bahasa simbol yang mengungkapkan kesedihan mendalam ketika kehilangan orang terkasih.

BACA JUGA:Tiwah: Upacara Penghantaran Arwah Masyarakat Dayak Ngaju

Latar Budaya dan Filosofi

Suku Dani hidup dalam masyarakat yang memegang erat ikatan kekeluargaan. Setiap anggota keluarga dipandang sebagai bagian penting dari satu kesatuan. Kehilangan satu orang berarti hilangnya salah satu “potongan” dari kehidupan mereka.

Dalam pandangan mereka, jari melambangkan kekuatan, persatuan, dan kebersamaan. Ketika seorang anggota keluarga meninggal, memotong jari menjadi lambang bahwa kebersamaan itu telah berkurang. 

Luka yang terasa pada tubuh diyakini dapat membantu menyalurkan rasa duka yang membebani hati.

BACA JUGA:PT BSSW Ekspor Perdana 10 Ribu Ton Tapioka ke Taiwan

Pelaksanaan Ritual

Potong jari biasanya dilakukan oleh anggota keluarga terdekat. Sebelum pemotongan, ujung jari yang akan dipotong diikat kuat menggunakan tali atau serat tumbuhan untuk menghentikan aliran darah. Setelah itu, ruas terakhir jari akan dipotong menggunakan pisau, kapak kecil, atau alat tajam tradisional lainnya.

Potongan jari yang terlepas tidak dibuang sembarangan. Ada yang menguburnya, ada pula yang menaruhnya di tempat khusus sebagai simbol kenangan. Luka kemudian diobati dengan ramuan herbal atau dibalut daun hutan untuk mencegah infeksi.

Meskipun laki-laki juga dapat melakukannya, praktik ini lebih sering dilakukan oleh perempuan. Hal ini berkaitan dengan peran mereka yang erat dalam menjaga kehangatan keluarga dan mengungkapkan perasaan secara terbuka.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: