Disway Awards

Batik Melayu Kutai: Identitas Budaya yang Hidup di Kalimantan Timur

Batik Melayu Kutai: Identitas Budaya yang Hidup di Kalimantan Timur

Batik Melayu Kutai adalah bukti nyata bahwa batik bukan hanya milik Jawa, melainkan milik seluruh Indonesia dengan kekayaan corak yang beragam. - Foto [email protected] --

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Indonesia dikenal sebagai negeri dengan kekayaan budaya yang tak ternilai. Salah satu warisan penting yang masih dijaga hingga kini adalah batik. 

Meskipun batik sering kali dikaitkan dengan Pulau Jawa, pada kenyataannya hampir setiap daerah di Nusantara memiliki batik dengan ciri khas masing-masing. 

Salah satunya adalah Batik Melayu Kutai, kain tradisional yang berasal dari wilayah Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. 

Batik ini lahir dari perpaduan budaya Melayu, Dayak, dan Jawa yang sudah sejak lama berinteraksi di tanah Kutai.

BACA JUGA:Benteng Tolukko, Warisan Sejarah Portugis di Ternate

Jejak Sejarah Batik Melayu Kutai

Kutai Kartanegara adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia. Letaknya yang strategis di tepian Sungai Mahakam menjadikan daerah ini sebagai pusat pertemuan pedagang dari berbagai daerah, termasuk Jawa dan Semenanjung Melayu. 

Dari sinilah masyarakat Kutai mengenal teknik membatik, kemudian mengolahnya sesuai dengan kekhasan budaya lokal.

Sejak awal, batik Melayu Kutai bukan hanya sekadar kain hias, melainkan media untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan, status sosial, hingga simbol adat. Itulah sebabnya, batik ini kerap digunakan dalam upacara adat, pernikahan, serta acara kerajaan di masa lampau.

BACA JUGA:Sejarah Perjuangan Kemit, Pejuang Rakyat dari Kebumen

Filosofi dalam Motif Batik Melayu Kutai

Salah satu daya tarik utama dari batik Melayu Kutai terletak pada ragam motifnya. Setiap corak memiliki filosofi yang merefleksikan pandangan hidup masyarakat setempat. Beberapa di antaranya yaitu:

- Motif Naga

Naga dipandang sebagai lambang kekuatan, wibawa, sekaligus pelindung. Kain bermotif naga biasanya digunakan dalam acara yang bersifat sakral atau resmi.

BACA JUGA:Jejak Kolonial Batavia yang Masih Hidup di Jakarta Modern

- Motif Flora

Bunga, daun, dan sulur-sulur tanaman menjadi gambaran kesuburan serta kelimpahan alam. Motif ini menekankan rasa syukur masyarakat Kutai terhadap anugerah Sang Pencipta.

- Motif Ombak atau Gelombang Air

Hidup masyarakat Kutai sangat bergantung pada Sungai Mahakam. Gelombang air melambangkan perjalanan hidup yang penuh tantangan, sekaligus keterikatan dengan alam sekitar.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: