Tradisi Perang Nasi di Ngawi: Perayaan Panen yang Unik dan Penuh Keceriaan

Tradisi Perang Nasi di Ngawi: Perayaan Panen yang Unik dan Penuh Keceriaan

ILUSTRASI: Tradisi Perang Nasi bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga cerminan identitas budaya yang terus dijaga turun-temurun.--

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Perang Nasi biasanya digelar di sebuah sumber mata air bernama Sendang Tambak. Acara ini selalu jatuh pada hari Jumat Legi dalam penanggalan Jawa. 

Pada hari itu, warga meninggalkan pekerjaan sehari-hari untuk fokus mengikuti rangkaian tradisi. 

Sebelum lempar nasi dimulai, acara biasanya diawali dengan istighosah atau doa bersama agar desa selalu diberkahi.

BACA JUGA:Lampung Jadi Provinsi Pertama Proyek Percontohan Nilai Ekonomi Karbon Perhutanan Sosial

Sisa Nasi dan Kreativitas Warga

Di sela-sela perang nasi, ada hal menarik yang dilakukan kaum perempuan. Mereka biasanya mengumpulkan kembali nasi yang masih terbungkus rapi dan masih layak dimakan. 

Nasi tersebut kemudian dibawa pulang untuk disantap bersama keluarga. Bahkan ada yang mengolahnya kembali menjadi camilan, misalnya dijadikan kerupuk nasi. 

Hal ini menunjukkan sikap bijak masyarakat desa dalam memanfaatkan makanan, meski tradisi berlangsung dengan penuh tawa dan lemparan.

BACA JUGA:Lita Gading Santai Tanggapi Laporan Ahmad Dhani

Nilai Budaya dan Pelestarian

Tradisi Perang Nasi bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga cerminan identitas budaya yang terus dijaga turun-temurun. 

Masyarakat Desa Pelang Lor melihat tradisi tersebut sebagai warisan nenek moyang yang harus tetap dipertahankan agar tidak tergeser oleh budaya luar. Pemerintah desa bersama warga selalu berusaha memastikan tradisi ini tetap hidup setiap tahun.

Bagi masyarakat Ngawi, tradisi tersebut mengajarkan pentingnya bersyukur, kebersamaan, dan juga gotong royong. Ia juga memperkuat ikatan sosial antar warga sekaligus menjadi daya tarik budaya yang unik di Jawa Timur.(*)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: