Keraton Surakarta Hadiningrat: Pusat Sejarah dan Budaya Jawa di Kota Solo
Keraton Surakarta Hadiningrat adalah saksi bisu perjalanan sejarah panjang Jawa dan bangsa Indonesia. - Foto:Instagram@endriwisastro--
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Keraton Surakarta Hadiningrat merupakan salah satu warisan bersejarah yang masih berdiri megah di Kota Solo hingga saat ini.
Tempat ini bukan hanya berfungsi sebagai kediaman resmi Sri Sunan beserta keluarganya, tetapi juga menjadi pusat kebudayaan Jawa yang tetap hidup dan dijaga kelestariannya.
Bagi siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang sejarah Jawa dan kearifan lokalnya, keraton ini adalah destinasi yang tepat untuk dikunjungi.
Keraton Surakarta berdiri pada tahun 1744 pada masa pemerintahan Susuhunan Pakubuwono II.
BACA JUGA:Aksi Unjuk Rasa di Lampung Berakhir Damai, TNI-Polri Lanjutkan dengan Aksi Bersih-Bersih
Latar belakang pembangunannya tidak terlepas dari sejarah panjang Kerajaan Mataram yang akhirnya terpecah menjadi dua pusat kekuasaan akibat Perjanjian Giyanti tahun 1755, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.
Sejak saat itu, Keraton Surakarta menjadi pusat pemerintahan sekaligus simbol kebesaran kerajaan.
Arsitektur keraton didirikan dengan konsep tata ruang Jawa tradisional yang sarat makna filosofis. Tata letaknya mengacu pada pandangan hidup masyarakat Jawa yang menekankan keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Susunan ruang yang dimulai dari alun-alun, bangunan pendopo, hingga area inti keraton bukan sekadar konstruksi, melainkan juga simbol perjalanan spiritual.
BACA JUGA:Waisai, Dari Hutan Belantara Menjadi Pusat Pariwisata Dunia
Meskipun kekuasaan politik kerajaan sudah berkurang seiring perkembangan zaman, Keraton Surakarta tetap memiliki peran penting. Hingga kini, keraton masih digunakan sebagai tempat tinggal resmi raja atau Sri Sunan.
Selain itu, keraton berfungsi sebagai pusat kegiatan budaya, tempat berlangsungnya upacara adat, sekaligus penjaga tradisi Jawa yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Berbagai upacara sakral seperti Sekaten, Grebeg Mulud, dan perayaan adat lainnya masih rutin digelar di keraton.
Tradisi tersebut bukan hanya bernilai spiritual, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang memperlihatkan kekayaan budaya Jawa kepada generasi muda maupun pengunjung dari luar daerah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





