Tradisi Perang Nasi di Ngawi: Perayaan Panen yang Unik dan Penuh Keceriaan

MEDIALAMPUNG CO.ID - Di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, terdapat sebuah tradisi unik yang selalu dinantikan warga, yaitu Perang Nasi. 

Tradisi ini berlangsung di Desa Pelang Lor, Kecamatan Kedunggalar, setelah musim panen kedua setiap tahunnya. 

Bukan sekadar pesta biasa, melainkan sebuah wujud rasa syukur masyarakat desa kepada Tuhan atas hasil pertanian yang melimpah.

BACA JUGA:Lampung Barat Gelar Gerakan Pangan Murah Serentak, 22 Ton Beras Disalurkan

Prosesi Pengumpulan Nasi

Menjelang acara, warga desa bergotong royong untuk mengumpulkan nasi secara sukarela. 

Nasi tersebut dibungkus dengan daun jati ataupun daun pisang, kemudian dikasih lauk-pauk sederhana seperti sayur tahu, kentang, mie, bahkan rempeyek ataupun kerupuk. 

Jumlah bungkus nasi bisa mencapai ratusan, bahkan ribuan, dan dipercaya sebagai simbol keberhasilan panen: semakin banyak nasi yang terkumpul, semakin baik hasil pertanian tahun itu.

BACA JUGA:MUI Lampung Imbau Aksi Unjuk Rasa Disampaikan Secara Damai

Asal-Usul Tradisi

Pada mulanya, kegiatan ini dikenal sebagai bersih desa atau nyadran, yaitu ritual doa bersama sebagai ungkapan syukur dan harapan agar panen di tahun berikutnya tetap baik. Dahulu, nasi yang terkumpul dibagikan kepada warga miskin sebagai bentuk kepedulian sosial. 

Namun, seiring waktu, tradisi itu berubah menjadi ajang saling rebut, lalu berkembang menjadi aksi lempar nasi antarwarga. Tidak ada catatan pasti kapan peralihan ini terjadi, namun tradisi ini diyakini telah berlangsung selama ratusan tahun.

Meski disebut “perang”, suasananya jauh dari kekerasan. Semua dilakukan dengan penuh canda tawa. Anak-anak, remaja, hingga orang tua larut dalam keseruan saling melempar nasi tanpa rasa marah, justru menciptakan kebersamaan dan keakraban.

BACA JUGA:Hujan Deras Picu Longsor di Kabupaten Pesawaran, Akses Jalan Sempat Tertutup

Sumber: