Grebeg Syawal, Tradisi Budaya Penuh Syukur di Yogyakarta
Grebeg Syawal merupakan cerminan keindahan perpaduan agama, budaya, serta kehidupan sosial. - Foto:[email protected] --
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan budaya sangat beragam. Hampir setiap wilayah menyimpan tradisi khas yang diwariskan dari leluhur.
Yogyakarta sebagai kota budaya juga tidak lepas dari warisan itu. Salah satu perayaan yang selalu menarik perhatian masyarakat adalah Grebeg Syawal.
Tradisi ini telah berlangsung ratusan tahun dan tetap bertahan di tengah modernisasi.
Bagi warga Yogyakarta, Grebeg Syawal bukan sekadar acara seremonial, melainkan wujud rasa syukur, kebersamaan, dan penghormatan terhadap adat istiadat.
BACA JUGA:Ford Tantang Startup EV: ‘Insinyur Kami Tak Terkalahkan’
Sejarah Lahirnya Grebeg Syawal
Tradisi ini berawal dari masa kejayaan Kesultanan Mataram Islam. Pada abad ke-16, Sultan Agung Hanyakrakusuma menciptakan tradisi Grebeg sebagai media penyebaran ajaran Islam dengan pendekatan budaya Jawa.
Beliau memadukan ajaran agama dengan tradisi lokal agar masyarakat lebih mudah menerimanya. Dari situlah lahir tiga perayaan besar keraton, yaitu Grebeg Maulud, Grebeg Besar (Idul Adha), dan Grebeg Syawal (Idul Fitri).
Khusus Grebeg Syawal, perayaan ini dilaksanakan setiap tanggal 1 Syawal, bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Tujuan utamanya adalah mengungkapkan rasa syukur setelah umat Islam menyelesaikan ibadah puasa Ramadhan. Simbol utama yang digunakan adalah gunungan, tumpukan hasil bumi dan makanan yang disusun berbentuk kerucut.
BACA JUGA:Simulasi Cicilan KUR BRI 2025 Lengkap di Sini! Pinjaman Mulai Rp1 Juta hingga Rp250 Juta
Makna Filosofis Gunungan
Gunungan bukan hanya sekadar hiasan dalam perayaan Grebeg. Bentuknya yang menyerupai gunung melambangkan kemakmuran, kehidupan, serta hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Semakin tinggi susunannya, semakin menunjukkan upaya mendekatkan diri kepada Tuhan.
Isi gunungan tersebut terdiri dari hasil pertanian seperti sayuran, cabai, kacang panjang, buah-buahan, telur, sampai jajanan tradisional.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





