Ternyata Ini Alasan Pengungsi Asal Rohingya Melarikan Diri Hingga ke Indonesia

Ternyata Ini Alasan Pengungsi Asal Rohingya Melarikan Diri Hingga ke Indonesia

--

BACA JUGA:Diduga Bunuh Diri Karena Terlilit Pinjol, El Sempat Ganti Baju di Rumah Neneknya

Kemudian, Lwin juga menyebutkan bahwa Program Pangan Dunia, WFP, telah memotong jatah makanan para pengungsi pada awal tahun 2023, di mana bagi sebagian besar pengungsi Rohingya pangan merupakan sumber terakhir untuk bertahan hidup.

"Di kamp pengungsi, banyak orang bergantung pada jatah makanan dari WFP, di mana kini mereka tidak mungkin mendapatkan makanan yang cukup, dengan 8 dolar (sekitar Rp124.000) untuk satu orang sebagai jatah satu bulan penuh," Kata dia.

Lanjutnya lagi pembatasan pergerakan di kamp pengungsi juga tidak memungkinan mereka untuk bekerja di luar agar bisa bertahan hidup.

Ia menyebutkan tidak ada peluang mata pencaharian alternatif yang tersedia serta tidak ada harapan untuk repatriasi dalam waktu dekat, dimana hal tersebut membuat para pengungsi putus asa untuk mencari kehidupan yang lebih baik di tempat lain.

BACA JUGA:Hal Tak Terduga, AS Minta Bantuan China Imbas Hamas Vs Israel

Para pengungsi Rohingya tidak diizinkan untuk beraktivitas mencari nafkah juga mendapatkan pendidikan yang layak di Bangladesh.

Para pengungsi tidak diizinkan untuk belajar bahasa Bengali, sebab pihak berwenang negara tersebut tidak ingin mereka berintegrasi ke dalam masyarakat umum. Mereka juga dilarang untuk mendapatkan kewarganegaraan formal di Myanmar.

Sementara seorang peneliti Rohingya yang berbasis di Cox's Bazar, Rezaur Rahman Lenin menyebutkan, Tidak adanya mata pencaharian yang layak adalah penyebab utama para penyintas genosida tersebut melarikan diri dari kamp pengungsi serta melakukan perjalanan berbahaya ke negara-negara muslim seperti Malaysia juga Indonesia.

Pihaknya menambahkan bahwa ada komunitas warga Rohingya yang cukup besar di Indonesia juga Malaysia, serta banyak pula pengungsi yang percaya bahwa mereka bisa mendapatkan penghasilan di negara itu.

BACA JUGA:Perang Hamas - Israel Makin Menggila, Inggris Kirim Bantuan Kapal Perang

Tambahnya, selain itu. Kekerasan geng, kebrutalan aparat penegak hukum, tindakan kriminal seperti pemerasan, penculikan, serangan fisik, serta kurangnya kesejahteraan psikologis juga jadi penyebabnya.

Sementara seorang aktivis Rohingya yang berbasis di Jerman, Nay San Lwin, mengungkapkan, bahwa para penjahat yang berhasil masuk ke kamp-kamp pengungsian mengambil keuntungan dari rentannya para pengungsi sehingga membujuk para korban untuk melakukan perjalanan laut yang berbahaya.

"Dihadapkan dengan situasi tanpa harapan, para pengungsi cenderung mempercayai apapun yang dikatakan oleh para penyelundup manusia serta mempersiapkan diri untuk perjalanan yang penuh risiko," jelas Lwin kepada DW.

Tambahnya, banyak yang kehilangan nyawa di laut atau mengalami penyiksaan di tangan para penyelundup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: