Jejak Kolonial Batavia yang Masih Hidup di Jakarta Modern
Jakarta bukan hanya simbol modernitas, tetapi juga cermin perjalanan bangsa Indonesia.-Foto Unsplash/ Affan Fadhlan-
Awal abad ke-17 menjadi titik balik besar bagi Jayakarta.
Belanda melalui VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) datang dengan tujuan menguasai jalur perdagangan rempah.
Pada 1619, di bawah komando Jan Pieterszoon Coen, VOC menyerang Jayakarta, menghancurkan sebagian besar wilayahnya, lalu membangun kota baru yang diberi nama Batavia.
BACA JUGA:Ungaran dan Benteng Fort Willem II, Saksi Sejarah Kolonial di Jawa Tengah
Batavia dirancang dengan konsep kota benteng ala Eropa.
Kanal-kanal dibuat untuk mengatur tata ruang, bangunan bergaya arsitektur Belanda mulai bermunculan, dan benteng pertahanan didirikan untuk melindungi wilayah.
Kota ini menjadi markas besar VOC di Asia, sekaligus pusat administrasi perdagangan internasional.
Dari Batavia, Belanda mengatur monopoli rempah-rempah dan memantau jalannya aktivitas ekonomi di Nusantara.
BACA JUGA:Kisah Tersembunyi di Balik Dinding Tua Benteng Pendem Ambarawa
Batavia sebagai Pusat Kolonial
Setelah VOC bubar pada akhir abad ke-18, kekuasaan diambil alih oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Batavia kemudian berfungsi penuh sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Dari sinilah roda kolonialisme dijalankan—mulai dari administrasi, perdagangan, hingga militer.
Batavia juga menjadi tempat pertemuan berbagai budaya. Pedagang Tiongkok, India, Arab, dan masyarakat pribumi tinggal berdampingan meski status sosial sangat timpang.
Orang Eropa menempati posisi tertinggi dalam hierarki, sementara penduduk asli berada di lapisan bawah. Sistem sosial kolonial inilah yang membuat Batavia berkembang dengan wajah multikultural, tetapi sarat ketidakadilan.
BACA JUGA:Benteng Marlborough Bengkulu: Jejak Kolonial yang Jadi Warisan Sejarah Nusantara
Warisan Kolonial yang Masih Terlihat
Meski kini sudah menjadi kota modern, jejak Batavia masih tampak jelas di Jakarta. Kawasan Kota Tua menyimpan bangunan peninggalan kolonial seperti Balai Kota Batavia (kini Museum Sejarah Jakarta), Gereja Sion, serta kanal-kanal tua yang sebagian masih bertahan. Bangunan bergaya Eropa itu menjadi saksi bisu kejayaan sekaligus penderitaan masa kolonial.
Namun, Batavia juga dikenal sebagai kota yang tidak ramah bagi penduduk Eropa. Lingkungan yang lembap, wabah malaria, serta sanitasi buruk membuat kota ini dijuluki “kuburan orang Belanda”.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





