Kesenian Rapai: Warisan Budaya Islami dari Kerajaan Samudra Pasai
Rapai pasee adalah warisan budaya yang mencerminkan perpaduan antara seni dan agama. Foto:[email protected]
BACA JUGA:Tari Topeng Malang: Warisan Seni Majapahit yang Tetap Hidup hingga Kini
Sejarah dan Asal-Usul Rapai Pasee
Meski tidak diketahui secara pasti siapa pencipta pertama rapai pasee, banyak cerita turun-temurun menyebutkan bahwa alat musik ini telah ada sejak ratusan tahun lalu, bahkan sejak masa awal berdirinya Kerajaan Samudra Pasai.
Ada yang meyakini rapai pertama kali diperkenalkan oleh seorang tokoh bernama Haji Ben Pasee, seorang ulama yang turut menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut.
Syeh Mae sendiri belajar membuat rapai sejak berusia 20 tahun dari seorang guru bernama Uya Syam di Lhoksukon. Menurutnya, pembuatan rapai bukan sekadar pekerjaan, tetapi bentuk penghormatan kepada tradisi dan sejarah panjang Aceh.
Ia menganggap setiap rapai memiliki nilai spiritual tersendiri karena digunakan untuk menyiarkan dakwah dan ajaran Islam melalui lantunan syair dan tabuhan.
BACA JUGA:Sejarah Hubungan Madura dan Majapahit: Jejak di Petilasan Rato Ebhu, Sampang
Ragam Jenis Kesenian Rapai
Seiring waktu, rapai berkembang menjadi berbagai jenis kesenian dengan gaya dan fungsi yang berbeda.
Berikut beberapa di antaranya:
BACA JUGA:Budaya Majapahit yang Masih Hidup Hingga Kini
1. Rapai Daboh (Dabus)
Jenis rapai ini dikenal karena menampilkan kekuatan fisik dan spiritual para pemainnya. Pertunjukan rapai daboh biasanya dilakukan oleh 12 orang yang bermain dalam formasi lingkaran, dipimpin oleh seorang syeh.
Pertunjukan ini sering membuat penonton tegang karena disertai atraksi berbahaya seperti menusuk tubuh dengan benda tajam atau membakar diri, tetapi para pemain jarang terluka.
Jika ada yang cedera, syeh hanya mengusap bagian luka dan darah berhenti mengalir. Tradisi ini dipercaya memiliki unsur ilmu spiritual yang tinggi dan menjadi daya tarik utama rapai daboh.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




