Balla To Kajang: Rumah Adat Suku Kajang yang Penuh Makna dan Kesederhanaan
Kesederhanaan, spiritualitas, dan gotong royong menjadi dasar rumah adat Kajang-Foto Instagram@devonnnggg-
Hampir semua bagian rumah berwarna hitam, baik dinding, lantai, maupun atapnya. Warna hitam bagi mereka bukan sekadar pilihan estetika, tetapi memiliki makna spiritual yang dalam: kesederhanaan, kekuatan, serta kesetiaan pada adat dan leluhur.
BACA JUGA:Sate Kelinci: Sajian Lezat dengan Cita Rasa Unik dan Kaya Gizi
Struktur Panggung dan Tiang Kayu
Rumah berdiri di atas tiang-tiang kayu yang tidak ditanam ke dalam tanah, melainkan diletakkan di atas batu pipih. Tujuannya agar rumah tidak merusak tanah dan dapat bergerak mengikuti pergeseran alam — sebagai simbol keharmonisan manusia dengan bumi.
Atap Segitiga Sederhana
Bentuk atap rumah menyerupai segitiga, melambangkan hubungan antara manusia dengan Tuhan (di atas), sesama manusia (di tengah), dan alam (di bawah). Semua unsur itu harus dijaga keseimbangannya agar hidup tetap damai.
BACA JUGA:Mo Dulu-Dulu Lembah Bada: Tradisi Makan Bersama Sarat Nilai Persaudaraan
3. Tata Ruang di Dalam Balla To Kajang
Meskipun sederhana, rumah adat Kajang memiliki pembagian ruang yang jelas dan fungsional, mencerminkan nilai-nilai sosial masyarakatnya.
- Ruang Tengah (Lontang Ri Bola) — Tempat keluarga berinteraksi, beristirahat, dan menerima tamu. Ruangan ini dianggap sebagai jantung rumah yang melambangkan kebersamaan.
- Ruang Dapur (Dapo) — Terletak di bagian belakang rumah dan menjadi pusat kehangatan keluarga. Dapur dianggap sebagai sumber kehidupan karena dari sinilah makanan disiapkan.
- Ruang Tidur (Lontang Lo’biri) — Berada di sisi tengah atau samping rumah, digunakan untuk beristirahat. Sekat antarruangan biasanya terbuat dari kayu atau bambu tanpa ukiran.
- Kolong Rumah — Bagian bawah rumah panggung digunakan untuk menyimpan hasil pertanian, alat kerja, atau kayu bakar. Kolong juga memiliki makna simbolis sebagai pengingat bahwa manusia harus hidup berdampingan dengan bumi.
BACA JUGA:Suku Kajang di Bulukumba: Hidup Sederhana dan Menyatu dengan Alam
4. Nilai-Nilai Filosofis dalam Pembangunan Rumah
Pembangunan Balla To Kajang tidak dilakukan sembarangan. Setiap langkah disertai doa dan upacara adat untuk memohon restu kepada leluhur. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya antara lain:
- Kesederhanaan (Kamase-masea): Semua dibuat secukupnya, menggambarkan sikap rendah hati dan tidak serakah terhadap alam.
- Harmoni dengan Alam: Penggunaan bahan alami dan cara membangun yang tidak merusak lingkungan menjadi bentuk penghormatan terhadap alam.
- Kebersamaan: Rumah dibangun secara gotong royong oleh warga, memperkuat ikatan sosial dan semangat tolong-menolong.
- Spiritualitas: Sebelum rumah ditempati, dilakukan ritual adat untuk memohon keselamatan bagi penghuni rumah sebagai bentuk keyakinan akan kesucian tempat tinggal.
BACA JUGA:Sejarah dan Budaya Suku Tidung, Etnis Asli Kalimantan Utara
5. Makna Sosial dan Budaya Balla To Kajang
Balla To Kajang memiliki kedudukan penting dalam kehidupan masyarakat Kajang. Rumah ini menjadi lambang ketaatan terhadap adat sekaligus wujud nyata keseimbangan antara manusia dan alam.
Di dalamnya berlangsung kegiatan adat seperti musyawarah, upacara keagamaan, dan pendidikan adat untuk generasi muda.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




