Disway Awards

Kuntau: Seni Bela Diri Tradisional Banjar yang Menjadi Warisan Leluhur

Kuntau: Seni Bela Diri Tradisional Banjar yang Menjadi Warisan Leluhur

Kuntau merupakan salah satu warisan budaya Banjar yang mengandung kekayaan nilai, sejarah, dan seni. -Foto [email protected]

Hingga kini, Kuntau tetap hidup di tengah masyarakat. Seni bela diri ini kerap menjadi hiburan rakyat dalam berbagai upacara adat seperti pernikahan, khitanan, dan festival budaya. Pertunjukan Kuntau sering dimulai dengan tabuhan musik tradisional, lalu disusul penampilan dua atau lebih pendekar yang saling memperagakan jurus-jurus dengan irama yang serasi.

Dalam acara pernikahan, misalnya, pertunjukan Kuntau biasanya dilakukan di hadapan kedua mempelai sebagai simbol doa agar kehidupan rumah tangga mereka selalu diliputi kekuatan dan keharmonisan. 

Setelah pertunjukan, biasanya dilanjutkan dengan ritual Bausung Pengantin, yakni tradisi menggendong pengantin sambil menari mengikuti alunan gamelan Banjar. Suasana semakin meriah ketika para penonton memberikan saweran atau hadiah uang kepada para pendekar sebagai tanda penghargaan.

BACA JUGA:Ribuan Orang di 11 Kota Indonesia Akan Tampil dalam Gerakan 'Indonesia Menari 2025'

Filosofi dan Nilai yang Terkandung dalam Kuntau

Kuntau bukan sekadar pertunjukan bela diri, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam. Setiap gerakan mengajarkan keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan, antara pertahanan dan serangan. 

Para guru Kuntau selalu menanamkan nilai moral kepada muridnya bahwa bela diri ini tidak boleh digunakan untuk kesombongan atau kekerasan, melainkan untuk membela diri dan menjaga kehormatan.

Selain melatih tubuh, Kuntau juga membentuk karakter. Seorang pendekar sejati harus mampu menahan amarah, menghargai lawan, dan bersikap rendah hati. Nilai-nilai ini membuat Kuntau bukan hanya sebagai seni bela diri, tetapi juga sebagai sarana pendidikan spiritual dan etika dalam kehidupan masyarakat Banjar.

BACA JUGA:Ragam Suku Asli di Pulau Kalimantan dan Keunikan Budayanya

Pusat Pelestarian Kuntau di Kalimantan Selatan

Beberapa wilayah di Kalimantan Selatan masih aktif menjaga kelestarian Kuntau, terutama di daerah yang dikenal sebagai Banua Enam, seperti Hulu Sungai Tengah, Tapin, Balangan, dan Hulu Sungai Utara. Di daerah ini, terdapat banyak perguruan atau padepokan Kuntau yang menjadi tempat para generasi muda menimba ilmu bela diri tradisional.

Salah satu desa yang dikenal sebagai pusat seni dan budaya adalah Desa Barikin di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Mayoritas penduduknya adalah seniman dan pengrajin alat musik tradisional, termasuk para pendekar Kuntau. 

Di desa ini, latihan Kuntau rutin digelar, baik untuk latihan dasar maupun pertunjukan umum. Pemerintah daerah dan Dinas Pemuda dan Olahraga juga memberikan dukungan agar Kuntau tetap berkembang dan diminati kalangan muda.

BACA JUGA:Macam-Macam Baju Adat Nusantara: Cerminan Keindahan dan Jati Diri Bangsa

Ciri dan Jurus dalam Kuntau

Kuntau memiliki berbagai jurus atau kembang yang menggambarkan filosofi kehidupan manusia. Ada jurus tangan kosong untuk melatih ketangkasan, serta jurus menggunakan senjata tradisional seperti golok, keris, dan tongkat. Gerakannya tampak lembut di permukaan, namun menyimpan kekuatan besar yang diarahkan dengan penuh konsentrasi.

Keunikan Kuntau terletak pada perpaduan gerak yang menyerupai kungfu, tetapi memiliki karakter khas seperti pencak silat Nusantara. 

Dalam pertunjukan, musik pengiring memainkan peran penting untuk mengatur tempo dan suasana. Alunan sarunai yang nyaring dan tabuhan babun yang ritmis menjadikan pertunjukan Kuntau tidak hanya memukau secara fisik, tetapi juga memikat dari segi artistik.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: