Tenun Ulap Doyo: Kain Tradisional Kalimantan Timur yang Sarat Nilai Budaya

Tenun Ulap Doyo: Kain Tradisional Kalimantan Timur yang Sarat Nilai Budaya

Tenun Ulap Doyo bukan hanya kain yang ditenun dari serat tumbuhan, tapi juga warisan yang mengandung nilai sejarah, keindahan, serta filosofi hidup. Foto: Instagram@ulapdoyo_kaltim--

BACA JUGA:Setelah Gubernur Lampung Keluarkan Instruksi Soal Harga Singkong,Kemendag dan Kemenko Akan Bahas Usulan Lartas

Proses Pembuatan yang Detail

Untuk menghasilkan kain Ulap Doyo, perajin harus melalui sejumlah tahap yang memerlukan waktu dan ketekunan. Tahapan awal dimulai dari pengumpulan daun doyo, dilanjutkan dengan pengolahan serat, proses pewarnaan, hingga penenunan.

Pewarna yang digunakan dalam proses ini biasanya berasal dari bahan-bahan alami seperti kulit kayu, akar tumbuhan, dan dedaunan. Warna-warna yang dihasilkan antara lain cokelat, merah tua, hitam, dan kuning kunyit—warna yang khas dan alami. Setelah benang berwarna siap, proses penenunan dilakukan dengan alat tradisional yang disebut gedogan.

Proses ini bisa memakan waktu beberapa minggu tergantung dari ukuran dan kompleksitas motif kain yang dikerjakan. Setiap benang ditata dan disusun dengan cermat agar menghasilkan pola sesuai tradisi.

BACA JUGA:Microneedling: Cara Kerja, Manfaat, dan Hal yang Perlu Diketahui

Ragam Motif dan Filosofinya

Motif yang digunakan dalam tenun Ulap Doyo banyak terinspirasi dari alam sekitar, seperti bentuk awan, bunga, sarang lebah, dan hewan endemik Kalimantan. Setiap pola memiliki arti dan filosofi tertentu, misalnya lambang kekuatan, kesuburan, atau perlindungan spiritual.

Pada masa lalu, motif-motif tertentu hanya boleh dikenakan oleh tokoh adat atau bangsawan sebagai simbol status sosial. 

Namun kini, motif-motif tersebut telah lebih bebas dipakai oleh siapa saja, walaupun makna filosofisnya tetap dijaga.

BACA JUGA:Coban Rondo: Simfoni Alam dan Jejak Cinta yang Abadi

Inovasi dan Perkembangan Zaman

Dengan perkembangan dunia fesyen dan desain, kain Ulap Doyo kini tidak hanya digunakan dalam konteks adat, melainkan juga telah menjelma menjadi bagian dari mode modern. 

Banyak perancang busana mulai menggunakan kain ini untuk menciptakan pakaian, tas, dompet, hingga aksesori lain yang bernuansa etnik.

Ulap Doyo bahkan telah tampil dalam berbagai pameran dan peragaan busana, baik di tingkat nasional maupun internasional. Hal ini membuktikan bahwa kain tradisional bisa berkembang dan bersaing tanpa kehilangan jati dirinya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: