Kenapa Advokat Terkesan Banyak dari Suku Batak (Bagian 3, terakhir)

Kenapa Advokat Terkesan Banyak dari Suku Batak (Bagian 3, terakhir)

Ruang musyawarah adat Suku Batak yang menyerupai ruang sidang pemgadilan. Bangku atau tempat duduk terdakwa yang lebih kecil. Sebaliknya bangku buat Sang Radja lebih besar. Batu tempat terdakwa yang bersalah dan dihukum mati lewat cara penggal kepala.--

Jhony Sembiring merupakan prototipe dalam kejahatan suku Batak yang hampir tidak pernah melakukan kejahatan seksual. Semua hukuman pada akhirnya berada di tangan Raja. Setelah mendengarkan semua musyawarah, Raja menetapkan jenis hukumannya.

Pasca hukuman dijatuhkan tidak langsung  dieksekusi. Kapan waktu pelaksanaan hukuman ditentukan oleh para pemangku spiritual, seperti dukun dan ahli nujum.

 

I. Kesimpulan

Dari aspek antropologis ternyata suku Batak memiliki sistem kekerabatan yang kuat. Sistem kekerabatan yang kuat dan pelik terdapat di seluruh suku Batak.  Anggota suku Batak manapun tak dapat keluar dari sistem ini.

Dari tinjauan antropologis, ditemukan sistem budaya suku Batak yang kuat, menonjol yakni, dalam mengambil keputusan selalu melalui proses musyawarah. Sejak abad kesepuluh kerajaan-kerajaan suku Batak telah memiliki mekanisme semacam sistem musyawarah mirip pengadilan modern. 

Para tersangka atau terdakwa sudah pada masa awal munculnya kerajaan-kerajaan suku Batak diberikan kesempatan untuk mengemukakan keinginan dan atau pembelaannya. Dalam hal ini mereka dapat diwakili para pembela yang mirip advokat.     

Ini berarti sejak saat itu suku Batak telah mengenal dan memberikan ruang luas untuk para pembela terlibat dalam proses musyawarah atau peradilan. Akar kebudayaan para advokat telah dibuka lebar pada kebudayaan suku Batak. 

Mereka sudah mulai terlatih terlibat menyelesaikan persoalan kejahatan lewat proses musyawarah. Mereka sudah terbiasa mewakili para terdakwa. Apa yang dimaui terdakwa dan tawar menawar dengan keluarga kerabat.

Tradisi ini terus berlangsung sampai suku Batak beradaptasi dengan berbagai perubahan zaman.

Dari sinilah pertanyaan mengapa terkesan banyak suku Batak yang menjadi  atau berprofesi advokat terjawab.  

Suku Batak dalam bentuknya yang sederhana sudah mengenal semacam  “profesi advokat,” yang mewakili para tersangka/terdakwa dalam suatu sistem musyawarah yang mirip proses peradilan modern.  

Tradisi ini terus dipertahankan dalam berbagai bentuknya sampai zaman modern. Dengan demikian bagi suku Batak profesi advokat sudah menjadi profesi alamiah. Itu pulalah jawaban mengapa  terkesan banyak Suku menjadi advokat.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: