Detak Jantung Pria dan Wanita Berbeda, Ini Penjelasan Para Ahli
Aktivitas gen di SAN atur irama jantung berbeda antara pria dan wanita-Foto Vecteezy@Ahasanara Akter-
BACA JUGA:Teleskop Hubble Rayakan 35 Tahun Menjelajahi Alam Semesta
Temuan ini mendorong dunia medis menuju era pengobatan personal berbasis genetik.
Jika sebelumnya terapi jantung hanya berdasarkan gejala umum, kini dokter mulai mempertimbangkan profil genetik pasien dalam menentukan jenis dan dosis obat yang tepat.
Misalnya, kondisi takikardia sinus — detak jantung yang cepat saat istirahat — lebih sering dialami oleh wanita.
Sementara pria lebih rentan terkena AFib. Pengetahuan ini bisa digunakan untuk menyusun terapi yang lebih akurat dan minim efek samping.
BACA JUGA:China dan Rusia Bangun Reaktor Nuklir di Bulan, AS Tertinggal
Meski pengaruh genetika dominan, para peneliti juga mempertimbangkan bahwa faktor eksternal seperti usia, stres, pola makan, dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi cara kerja gen dalam SAN.
Salah satu fokus riset lanjutan adalah menjawab pertanyaan penting: apakah gaya hidup sehat bisa memodifikasi ekspresi gen secara alami?
Jika jawabannya ya, maka peluang untuk mencegah penyakit jantung sejak dini akan semakin besar.
Hal ini juga membuka peluang intervensi non-obat seperti diet, olahraga rutin, dan terapi alami sebagai bagian dari pengobatan.
BACA JUGA:Dampak Buruk Jam Kerja Terlalu Panjang: Struktur Otak Bisa Berubah
Penelitian ini didukung oleh berbagai institusi ternama seperti National Institutes of Health dan Leducq Foundation.
Dukungan ini menunjukkan tingginya perhatian dunia terhadap pengobatan jantung yang lebih presisi.
Dengan pesatnya kemajuan teknologi genomik, bukan tidak mungkin di masa depan, pasien akan menerima terapi berdasarkan cetak biru genetiknya — bukan sekadar berdasarkan usia, jenis kelamin, atau tekanan darah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




