Dampak Buruk Jam Kerja Terlalu Panjang: Struktur Otak Bisa Berubah

Bekerja lebih dari 52 jam per minggu dapat memicu gangguan emosi dan penurunan memori-Ilustrasi Canva AI-
MEDIALAMPUNG.CO.ID – Bekerja dalam waktu yang terlalu lama sering dianggap sebagai tanda dedikasi dan etos kerja tinggi.
Namun sebuah studi terbaru dari Korea Selatan mengungkapkan bahwa bekerja lebih dari 52 jam per minggu dapat membawa dampak negatif yang tidak terlihat secara langsung, yakni perubahan pada struktur otak manusia.
Penelitian ini dilakukan oleh Universitas Yonsei bekerja sama dengan Gachon Regional Occupational Cohort Study dan melibatkan tenaga kesehatan sebagai partisipan.
Dengan menggunakan teknologi MRI resolusi tinggi, para peneliti mencoba mengamati kondisi otak pekerja yang memiliki beban kerja tinggi.
BACA JUGA:Polda Lampung Selidiki Tambang Ilegal yang Diduga Jadi Penyebab Banjir di Bandar Lampung
Dari 110 tenaga medis yang diperiksa, sebanyak 32 orang di antaranya secara konsisten bekerja lebih dari 52 jam dalam seminggu, melampaui batas maksimum yang disarankan oleh hukum ketenagakerjaan di Korea Selatan.
Sisanya bekerja dengan jam kerja yang lebih normal dan dianggap sebagai kelompok kontrol.
Hasil dari penelitian ini cukup mengejutkan. Teknik pencitraan otak seperti voxel-based morphometry dan atlas-based analysis menunjukkan bahwa mereka yang bekerja lembur mengalami peningkatan volume otak hingga 19 persen, khususnya di bagian middle frontal gyrus yang berperan dalam memori kerja, pemrosesan bahasa, dan perhatian terarah.
Tak hanya itu, perubahan juga ditemukan di 16 area otak lainnya, termasuk superior frontal gyrus yang berfungsi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, serta insula yang berkaitan dengan pemrosesan emosi dan sinyal tubuh.
Meski terdengar seperti adaptasi positif, para peneliti menegaskan bahwa peningkatan volume otak ini belum tentu merupakan tanda yang sehat.
Mereka memperingatkan bahwa pembesaran tersebut kemungkinan besar adalah reaksi terhadap stres, seperti pembengkakan jaringan otak atau gangguan konektivitas saraf, yang justru bisa berdampak negatif terhadap fungsi otak secara keseluruhan.
Pekerja dengan perubahan volume otak ini juga melaporkan kelelahan mental yang tinggi, gejala burnout, serta kesulitan dalam mengontrol emosi dan berkonsentrasi.
Artinya, kerja berlebihan tidak hanya melelahkan tubuh, tetapi juga menurunkan kemampuan kognitif dan kesehatan mental.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: