Detak Jantung Pria dan Wanita Berbeda, Ini Penjelasan Para Ahli

Detak Jantung Pria dan Wanita Berbeda, Ini Penjelasan Para Ahli

Aktivitas gen di SAN atur irama jantung berbeda antara pria dan wanita-Foto Vecteezy@Ahasanara Akter-

MEDIALAMPUNG.CO.ID – Jantung adalah organ vital yang bekerja tanpa henti, tetapi di balik iramanya yang tampak sama, para ilmuwan menemukan bahwa detak jantung pria dan wanita ternyata berbeda secara alami.

Penemuan ini tidak hanya menarik dari sisi ilmiah, tapi juga membuka jalan menuju pengobatan yang lebih personal dan berbasis profil genetik.

Perbedaan ini tidak sekadar pada ritme, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor genetik yang sangat kompleks.

Para ahli kardiologi telah lama mencatat bahwa rata-rata detak jantung wanita memang lebih cepat dibanding pria. 

BACA JUGA:Penelitian Ungkap: Kafein Bisa Jadikan Semut Lebih Fokus dan Efisien

Namun, baru-baru ini, sekelompok peneliti dari Wexner Medical Center, Ohio State University, berhasil mengungkap alasan biologis di baliknya.

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Circulation: Arrhythmia and Electrophysiology, terungkap bahwa perbedaan ini bersumber dari variasi aktivitas di nodus sinoatrial (SAN) — bagian kecil di jantung yang bertindak sebagai pemicu alami detak jantung.

Penelitian ini menandai tonggak penting karena membuktikan bahwa faktor genetik turut menentukan irama jantung berdasarkan jenis kelamin.

Studi ini dilakukan dengan menganalisis jaringan jantung dari program donor Lifeline of Ohio. Para peneliti fokus pada ekspresi gen di SAN dan perbedaan aktivitas gen antara pria dan wanita.

BACA JUGA:Terungkap! Gen Tersembunyi di Balik Warna Jingga Cerah pada Kucing

Hasilnya cukup mencengangkan. Gen seperti TBX3 dan HCN1, yang berperan mengatur kecepatan denyut jantung, ditemukan lebih aktif pada wanita.

Inilah yang menyebabkan wanita secara alami memiliki detak jantung lebih cepat.

Sebaliknya, pada pria ditemukan peningkatan aktivitas gen yang berhubungan dengan inflamasi dan pembentukan kolagen. 

Hal ini berpotensi mengganggu sistem kelistrikan jantung dan meningkatkan risiko fibrilasi atrium (AFib), yaitu kondisi dimana jantung berdetak tidak teratur dan terlalu cepat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: