Kuluban, Hidangan Sayur Tradisional Penuh Filosofi dari Jawa Tengah

Kuluban, Hidangan Sayur Tradisional Penuh Filosofi dari Jawa Tengah

Kuluban adalah hidangan sayur tradisional Jawa dengan cita rasa segar dan makna budaya mendalam-Ilustrasi Gemini AI-

BACA JUGA:Hoyok-Hoyok, Kuliner Kenyal Warisan Pesisir Jepara

Cara Penyajian dan Keistimewaan Rasa

Kuluban disajikan dengan mencampurkan sayuran rebus yang masih bertekstur renyah dengan kelapa parut berbumbu. 

Perpaduan ini menghasilkan rasa gurih dari kelapa, pedas lembut dari cabai, aroma khas kencur, serta kesegaran alami dari sayuran rebus. 

Teksturnya pun menarik karena renyahnya sayuran berpadu dengan kelembutan kelapa parut yang sedikit berminyak.

BACA JUGA:Tongseng Cumi Rempah Jepara, Perpaduan Makanan Laut dan Rempah ala Pesisir Jawa Tengah

Peran dalam Kehidupan Sehari-Hari

Di masyarakat pedesaan, kuluban menjadi hidangan sehari-hari yang banyak dinikmati saat sarapan atau makan siang. Bahannya yang sederhana dan mudah didapat menjadikan kuluban sebagai menu rumahan yang menyehatkan dan ramah bagi tubuh karena rendah minyak serta kaya gizi.

Dalam tradisi adat, kuluban sering disajikan bersama pecel, jadah, sambal goreng, hingga ingkung. Kehadirannya melambangkan kebersamaan, kesederhanaan, serta kedekatan masyarakat dengan alam sekitar.

BACA JUGA:Siomay Tongkol, Kudapan Laut yang Semakin Populer

Keunikan Dibanding Hidangan Sejenis

Kuluban memiliki keistimewaan tersendiri yang membedakannya dari hidangan sayur tradisional lain.

Rasa dan bumbunya lebih ringan dibandingkan urap, bahan sayurnya lebih beragam, dan penggunaannya dalam upacara adat membuat kuluban memiliki nilai simbolis yang kuat.

Karakter rasanya juga lebih segar sehingga nyaman dikonsumsi setiap hari tanpa menimbulkan rasa enek.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: