Tari Tanggai: Sejarah, Makna, Busana, dan Ragam Geraknya

Minggu 30-11-2025,17:05 WIB
Reporter : Romdani
Editor : Budi Setiawan

Para pendatang dari China pada masa lampau juga turut memperkenalkan gaya tari persembahan, sehingga terdapat kemiripan unsur gerak antara tari dari Palembang dan beberapa tarian tradisional dari China.

Perjalanan Tari Tanggai sempat mengalami perubahan besar ketika Kesultanan Palembang Darussalam berdiri pada abad ke-17. Pada masa itu, perempuan dilarang tampil menari di depan umum. 

Akibatnya, seluruh pertunjukan tari, termasuk Tari Tanggai, diperankan oleh laki-laki. Kondisi ini berlangsung cukup lama sampai memasuki abad ke-20.

Memasuki tahun 1920, Tari Tanggai memiliki fungsi yang berbeda lagi. Orang tua di Palembang menggunakan tarian ini sebagai sarana mencari jodoh dalam tradisi yang disebut “Rasan Tuo”. 

BACA JUGA:6 Cara Efektif Mengamankan Akun DANA dari Penipuan dan Aksi Pembobolan

Para gadis tampil menari agar keluarga calon pasangan dapat melihat sopan santun dan keanggunan sang penari. Nilai estetika tarian menjadi bagian penting dari adat perjodohan masyarakat Palembang kala itu.

Kemudian pada tahun 1965, ketika Lagu dan Tari Gending Sriwijaya tidak boleh ditampilkan untuk sementara waktu, lahirlah versi baru Tari Tanggai ciptaan Elly Rudi. 

Versi ini menggunakan lagu “Enam Saudara” dan menjadi tarian penyambut tamu resmi kota Palembang. 

Sejak saat itu, Tari Tanggai semakin dikenal sebagai bentuk ungkapan selamat datang yang penuh penghormatan dan keramahan.

BACA JUGA:KUR BRI 2025: Pinjaman Rp100–500 Juta dengan Tenor Hingga 5 Tahun

Makna Filosofis Tari Tanggai

Tari Tanggai menggambarkan karakter masyarakat Palembang yang menjunjung tinggi kesopanan, keramahan, dan penghormatan kepada tamu. Tarian ini menjadi simbol bahwa tuan rumah menyambut tamu dengan hati yang tulus, mendoakan keselamatan, serta memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Selain menggambarkan keramahan, gerakan dalam tarian ini juga memuat pesan mengenai kehidupan perempuan Palembang. Misalnya, gerak yang melambangkan menjaga kehormatan diri, kesigapan, kesabaran, hingga sikap berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Dengan demikian, Tari Tanggai bukan sekadar hiburan, melainkan juga media penyampaian nilai moral dan spiritual.

BACA JUGA:Ratusan Ribu Jamaah Hadir, Perputaran Ekonomi Ijtima’ Ulama di Lampung Capai Rp27 Miliar

Busana yang Memperindah Penampilan

Kategori :