Tari Tanggai: Sejarah, Makna, Busana, dan Ragam Geraknya

Minggu 30-11-2025,17:05 WIB
Reporter : Romdani
Editor : Budi Setiawan

Keindahan Tari Tanggai tidak hanya terletak pada gerakannya, tetapi juga pada busana adat Palembang yang dikenakan para penari. Penari biasanya berjumlah lima orang, dan masing-masing memakai busana khas Palembang bernama Aesan Gede. Busana ini dikenal mewah karena menggunakan kain songket yang berhiaskan benang emas.

Selain kain songket, penari juga memakai dodot, pending sebagai hiasan pinggang, kalung tradisional, sanggul malang, kembang urat, tajuk cempaka, kembang goyang, serta tentu saja tanggai atau kuku panjang tembaga. 

Selain itu terdapat properti bernama tepak, yaitu kotak berisi sirih pinang yang menjadi simbol penyambutan tamu secara adat. Semua busana dan perlengkapan tersebut membuat penampilan penari tampak anggun dan berwibawa.

BACA JUGA:Resmi Ditutup,Lebih Dari 570 Ribu Jamaah Hadiri Tabligh Akbar Indonesia Berdoa 2025

Musik Pengiring Tari Tanggai

Versi Tari Tanggai ciptaan Elly Rudi menggunakan iringan musik khas Melayu Palembang. 

Beberapa alat musik yang digunakan antara lain akordeon, gendang Melayu, gong, simbal, beduk, terbangan, dan tamborin. 

Instrumen-instrumen ini menghasilkan irama yang harmonis, lembut, tetapi tetap memberikan kesan meriah sehingga cocok sebagai musik penyambutan.

BACA JUGA:Kunker ke Lampung, Menteri Abdul Mu’ti Disambut Wagub Jihan

Ragam Gerak Tari Tanggai

Dalam penelitian Gabriella Saras Katungga (2019), Tari Tanggai memiliki banyak gerakan yang penuh makna. Setiap gerakan tidak hanya berfungsi sebagai estetika, melainkan juga mengandung nilai filosofis, antara lain:

  • Gerak ulur benang, menggambarkan keahlian perempuan Palembang dalam menenun.
  • Gerak tabur, simbol menyebarkan kebaikan kepada sesama.
  • Gerak memohon, bentuk doa dan harapan yang dipanjatkan kepada Tuhan.
  • Gerak suri, melambangkan merawat diri dan menjaga kehormatan.
  • Gerak elang terbang, simbol ketangkasan dan kewaspadaan.
  • Gerak kecubung, gerakan memutar yang melambangkan penyembuhan.
  • Gerak tafakur, gerak renungan dan berserah diri.
  • Gerak menyumping, menggambarkan kerendahan hati dan sikap mendengarkan.
  • Gerak stupa, simbol kehati-hatian sebelum bertindak.
  • Gerak borobudur, mencerminkan keseimbangan antara usaha dan doa.
  • Gerak tolak bala, melambangkan perlindungan diri dari bahaya.

Gabungan seluruh gerakan tersebut menjadikan Tari Tanggai memiliki kekayaan filosofi yang jarang dimiliki oleh tarian penyambut tamu lain di Nusantara.

BACA JUGA:POCO F8 Pro Resmi Debut Global, Siap Jadi Flagship Killer Paling Agresif di 2025

Tari Tanggai bukan sekadar tarian penyambut tamu, melainkan warisan budaya dengan perjalanan sejarah yang panjang dan penuh makna. 

Dari tarian sakral persembahan dewa, hingga menjadi tarian penyambut tamu modern, Tanggai telah melalui banyak perubahan namun tetap mempertahankan nilai-nilai luhur budaya Palembang. 

Kehalusan gerak, kemewahan busana, serta kekayaan makna menjadikan Tari Tanggai sebagai salah satu ikon kebudayaan Sumatera Selatan yang layak terus dilestarikan.(*)

Kategori :