Disway Awards

Lorentz: Surga Konservasi Raksasa di Jantung Papua

Lorentz: Surga Konservasi Raksasa di Jantung Papua

Taman Nasional Lorentz Papua merupakan taman nasional terbesar di Asia Tenggara - Foto instagram @jelajahnegriku--

BACA JUGA:JBL Clip 5, Speaker Mini Tangguh yang Jadi Favorit Penggemar Musik

Keberagaman Ekosistem

Dengan rentang ketinggian yang sangat variatif, Lorentz terbagi dalam tiga zona ekosistem utama: dataran rendah (0–650 mdpl), pegunungan (600–3.200 mdpl), serta zona alpin (di atas 3.200 mdpl).

Terdapat sedikitnya 34 tipe vegetasi di kawasan ini, mulai dari hutan rawa, hutan sagu, hutan gambut, hutan hujan lereng dan pegunungan, padang rumput, hingga vegetasi lumut kerak dan pantai berpasir karang. 

Kondisi ini membuat Lorentz menjadi rumah bagi flora dan fauna endemik, langka, bahkan purba. Salah satu tumbuhan bersejarah yang masih bisa ditemukan adalah pakis purba Chyathea atrox yang diperkirakan sudah ada sejak lebih dari 400 juta tahun silam, dengan batang berdiameter 20 sentimeter dan tinggi mencapai tiga meter.

BACA JUGA:Murder Mystery 2, Sensasi Jadi Detektif di Dunia Roblox

Fauna yang Mendiami Lorentz

Taman Nasional Lorentz merupakan habitat dari ribuan spesies satwa. Tercatat ada 630 jenis burung yang hidup di sini, termasuk kasuari, kakatua, merpati, burung mandar (Fulica atra), hingga cenderawasih yang menjadi ikon Papua.

Kehidupan Masyarakat Adat

Keunikan Lorentz tidak hanya berhenti pada kekayaan ekosistemnya. Kawasan ini juga menjadi tempat tinggal bagi sejumlah suku asli Papua yang telah mendiami wilayah tersebut selama ratusan tahun. 

BACA JUGA:Klaim Saldo DANA Kaget Resmi 6 September 2025, Cek Link Terbarunya!

Di antaranya adalah Suku Dani, Asmat, Nduga, Amungme, dan Sempan. 

Bahkan, sejumlah peneliti menduga masih ada kelompok masyarakat yang hidup terpencil di dalam hutan Lorentz dan belum berinteraksi dengan dunia luar.

Interaksi antara manusia dan alam di Lorentz menjadi contoh bagaimana kearifan lokal mampu menjaga keseimbangan ekosistem. 

Kehidupan masyarakat adat yang selaras dengan alam menjadikan kawasan ini tetap terjaga dari kerusakan besar akibat aktivitas manusia modern.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: