Gambang Kromong: Perpaduan Harmonis Budaya Betawi dan Tionghoa

Gambang Kromong: Perpaduan Harmonis Budaya Betawi dan Tionghoa

Gambang Kromong adalah warisan budaya yang merefleksikan identitas masyarakat Betawi dan semangat toleransi antarbudaya. - Foto: Instagram@rumahmusikjkt--

BACA JUGA:Seni Drama: Pengertian, Unsur, Jenis, dan Fungsinya

Fungsi dan Peran Gambang Kromong dalam Masyarakat

Pada awalnya, Gambang Kromong digunakan sebagai hiburan dalam pesta dan acara perayaan komunitas Tionghoa peranakan, seperti ulang tahun, pernikahan, atau perayaan Tahun Baru Imlek. Namun, seiring waktu, masyarakat Betawi ikut mengadopsi kesenian ini dan menjadikannya bagian dari budaya mereka.

Kini, Gambang Kromong sering dimainkan pada berbagai acara seperti:

  • Pesta rakyat atau hajatan,
  • Penyambutan tamu kehormatan,
  • Festival budaya daerah,
  • Pertunjukan seni tradisional di sekolah atau sanggar.

Selain berfungsi sebagai hiburan, kesenian ini juga menjadi sarana untuk menyampaikan pesan sosial dan nilai moral. 

Banyak lagu Gambang Kromong yang berisi nasihat, sindiran halus, atau canda khas masyarakat Betawi.

BACA JUGA:Seni Kriya: Antara Teknik dan Ekspresi

Ciri Khas dan Gaya Penyajian

Salah satu ciri utama Gambang Kromong terletak pada gaya penyajiannya yang ceria dan komunikatif. 

Lagu-lagunya dinyanyikan dengan bahasa Betawi yang ringan dan sering diselipkan pantun lucu. 

Gaya bernyanyi penyanyinya juga khas, yaitu penuh ekspresi dan kadang diselingi dialog spontan dengan penonton.

BACA JUGA:Tarian Lariangi Wakatobi: Keindahan Seni dan Warisan Budaya

Beberapa lagu Gambang Kromong yang populer hingga kini antara lain:

  • “Jali-jali”
  • “Kicir-kicir”
  • “Lenggang Kangkung”
  • “Ondel-ondel”

Irama musiknya biasanya cepat dan mengundang penonton untuk ikut bergoyang atau bertepuk tangan, menciptakan suasana meriah dan akrab.

BACA JUGA:Tari Sintong dari Sumenep: Warisan Seni yang Mengajarkan Persatuan

Busana dan Tari Pengiring

Dalam pertunjukan Gambang Kromong, para pemain dan penyanyi biasanya mengenakan pakaian Betawi atau perpaduan Betawi-Tionghoa. 

Laki-laki sering mengenakan baju sadariah dan peci, sementara perempuan memakai kebaya dengan hiasan rambut sanggul. Kadang disertai penari yang bergerak lincah mengikuti irama lagu, menambah semarak suasana.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: