Disway Awards

Tari Sintren: Warisan Mistis dari Pesisir Utara Jawa

Tari Sintren: Warisan Mistis dari Pesisir Utara Jawa

Tari mistis asal pesisir Jawa ini sarat makna kesuburan, cinta, dan tradisi leluhur-Foto Pemkot Cirebon-

Selain instrumen, nyanyian juga memiliki peranan penting. Lirik lagu sering berisi doa, petuah, atau kisah-kisah rakyat. Suara sinden yang merdu, dipadu dengan alunan gamelan, menambah nuansa magis pertunjukan. 

Musik dan nyanyian ini tidak hanya mengiringi gerakan, tetapi juga diyakini menjadi sarana memanggil roh agar masuk ke dalam tubuh penari.

BACA JUGA:Kolintang Sulawesi Utara: Harmoni Kayu dari Minahasa

Simbol dan Makna Kehidupan

Di balik keindahan dan kemistisannya, Tari Sintren menyimpan filosofi yang dalam. Kisah Sulasih dan Sulandono menjadi cermin kesetiaan cinta, sementara perwujudan Dewi Sri menunjukkan hubungan erat manusia dengan alam serta harapan atas kesuburan.

Perubahan penampilan penari yang terjadi secara tiba-tiba juga dimaknai sebagai lambang transformasi hidup. Manusia lahir sederhana, kemudian menjalani proses kehidupan hingga menjadi sosok yang matang dengan bantuan kekuatan luar. 

Makna simbolis inilah yang membuat Sintren tidak hanya dipandang sebagai tontonan, tetapi juga tuntunan.

BACA JUGA:Ronggeng Ketuk: Seni Tradisional Banyumas yang Hidup di Tengah Masyarakat

Peran Sosial dan Budaya

Bagi masyarakat pesisir Jawa, Sintren dulu menjadi bagian penting dalam berbagai acara. Pertunjukan ini kerap digelar dalam pesta rakyat, hajatan, atau perayaan panen. 

Selain hiburan, pertunjukan juga berfungsi sebagai sarana mempererat ikatan sosial. Orang-orang berkumpul, menyanyi, menari, dan berdoa bersama melalui Sintren.

Dengan demikian, Sintren bukan sekadar tarian, tetapi juga wadah kebersamaan dan identitas budaya masyarakat setempat. Dari generasi ke generasi, nilai ini diwariskan, menjadikan Sintren sebagai salah satu simbol kuat kebudayaan pesisir utara Jawa.

BACA JUGA:Telempong Unggan: Kesenian Musik Tradisional dari Sijunjung

Sintren di Masa Kini

Seiring perubahan zaman, pertunjukan Sintren tidak lagi sepopuler dahulu. Namun, upaya pelestarian terus dilakukan. Pemerintah daerah, komunitas seni, dan para seniman tradisi sering menampilkan Sintren dalam festival budaya maupun acara pariwisata.

Beberapa penyesuaian juga dilakukan agar tetap menarik bagi generasi muda. Unsur mistis yang terlalu kental mulai dikurangi, meski ciri khasnya tetap dipertahankan. 

Musik pengiring pun kadang dipadukan dengan alat modern untuk menambah daya tarik. Dengan cara ini, Sintren bisa tetap hidup dan relevan, tanpa kehilangan identitas aslinya.

BACA JUGA:Tradisi Topeng Menor: Warisan Betawi yang Lucu dan Penuh Warna

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: