Benteng Tolukko, Warisan Sejarah Portugis di Ternate

Benteng Tolukko, Warisan Sejarah Portugis di Ternate

Tolukko berdiri bukan lagi sebagai markas militer, melainkan sebagai pengingat masa lalu dan ruang belajar sejarah.-Foto IndonesiaKaya-

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Di tanah Maluku Utara, tepatnya di Kota Ternate, berdiri sebuah benteng kecil yang sarat akan cerita sejarah bernama Benteng Tolukko. Bangunan ini bukan hanya sekadar peninggalan kolonial, tetapi juga simbol penting perjalanan Ternate dalam pusaran perebutan rempah-rempah. 

Maluku pernah dijuluki sebagai “mutiara timur” karena kekayaan cengkihnya, dan Tolukko menjadi saksi bagaimana bangsa asing datang, bertahan, lalu saling berebut pengaruh di kawasan ini.

Benteng ini dibangun tahun 1540 oleh Portugis di bawah pimpinan Francisco Serrao. Awalnya benteng diberi nama Santo Lucas, sesuai tradisi mereka yang sering mengabadikan nama santo dalam bangunan penting. 

Namun seiring waktu, masyarakat Ternate lebih akrab menyebutnya Tolukko, yang dipercaya diambil dari nama seorang bangsawan Ternate, Kaicil Tolukko.

BACA JUGA:Sejarah Perjuangan Kemit, Pejuang Rakyat dari Kebumen

Fungsi Strategis di Masa Kolonial

Letak benteng ini sangat menguntungkan secara militer. Dibangun di atas bukit kecil dengan pandangan luas ke arah laut, Tolukko memungkinkan penguasanya memantau pergerakan kapal di perairan sekitar Ternate. Posisi ini penting untuk mengawasi jalur dagang, sekaligus mempertahankan diri dari ancaman musuh.

Bagi Portugis, Tolukko adalah pos kunci dalam menjaga kepentingan dagang mereka. Namun sejarah membuktikan bahwa benteng ini tidak hanya berada di bawah kendali satu bangsa saja. 

Setelah Portugis, giliran Spanyol sempat menempatinya, lalu Belanda mengambil alih. Pergantian kekuasaan tersebut memperlihatkan betapa pentingnya benteng kecil ini di mata bangsa asing yang berlomba menguasai jalur rempah.

BACA JUGA:Jejak Kolonial Batavia yang Masih Hidup di Jakarta Modern

Arsitektur dan Keistimewaan Bangunan

Dari sisi bentuk, Benteng Tolukko cukup unik. Ukurannya memang tidak sebesar benteng lain di Maluku, seperti Oranje atau Kalamata, tetapi desainnya menarik perhatian. 

Benteng ini memiliki bentuk menyerupai kapal, dengan menara pengawas di beberapa sisi. 

Dinding-dindingnya disusun dari batu karang, pasir, dan kapur, membuatnya tetap kokoh hingga kini meski telah berusia lebih dari empat abad.

BACA JUGA:Jejak Bandung Lautan Api dan Konferensi Asia Afrika Pertama

Di dalamnya terdapat lorong-lorong sempit dan ruang-ruang kecil yang dulunya digunakan sebagai tempat penyimpanan mesiu, logistik, hingga tahanan. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: