Disway Awards

Runtuhnya Kekuasaan Majapahit: Dari Perang Saudara hingga Krisis Ekonomi

Runtuhnya Kekuasaan Majapahit: Dari Perang Saudara hingga Krisis Ekonomi

Fakta Lengkap Keruntuhan Majapahit-Ilustrasi Gemini AI-

MEDIALAMPUNG.CO.IDKerajaan Majapahit sering digambarkan sebagai kerajaan terbesar yang pernah berdiri di Nusantara. Pada masa kejayaannya, terutama ketika diperintah Hayam Wuruk dan didampingi Gajah Mada, wilayah Majapahit membentang luas dari Sumatra hingga Papua. 

Banyak sejarawan menyebut masa ini sebagai “zaman keemasan Nusantara” karena kekuatan politik, ekonomi, dan budaya yang berkembang sangat pesat.

Namun, seperti banyak kerajaan besar lainnya, Majapahit perlahan mengalami kemunduran hingga akhirnya runtuh. 

Proses keruntuhannya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui perjalanan panjang yang dipenuhi konflik, perebutan kekuasaan, dan melemahnya struktur kerajaan dari dalam. Berikut penjelasan lengkapnya dalam bahasa yang mudah dipahami.

BACA JUGA:Jihan Nurlela Nahkodai PKDL, Pemerintah Perkuat Pemberdayaan Disabilitas di Lampung

1. Kejayaan yang Mulai Pudar Setelah Gajah Mada Wafat

Salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Majapahit adalah Gajah Mada, sang patih mangkubumi yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Ia bertekad menyatukan seluruh wilayah Nusantara di bawah panji Majapahit dan memimpin berbagai ekspedisi untuk menaklukkan wilayah yang belum tunduk.

Setelah Gajah Mada wafat pada 1364 Masehi, kekuatan politik Majapahit mulai menunjukkan tanda-tanda melemah. Hilangnya figur kuat yang mampu menjaga stabilitas membuat persaingan antar bangsawan semakin sulit dikendalikan. 

Gajah Mada bukan hanya tokoh militer, tetapi juga pengikat persatuan di dalam istana. Tanpa dirinya, konflik antar elit kerajaan mulai muncul lebih sering.

BACA JUGA:Geger! Warga Ringin Sari Temukan Mayat Pria di Area Pabrik Batu Suoh

2. Berakhirnya Masa Hayam Wuruk

Kejayaan Majapahit semakin merosot ketika Raja Hayam Wuruk wafat pada 1389 M. Beliau adalah pemimpin yang dihormati oleh seluruh lapisan masyarakat dan bangsawan. 

Sepeninggalnya, muncul berbagai perebutan takhta karena banyak anggota keluarga kerajaan merasa memiliki hak atas tahta tersebut. 

Persaingan yang tidak dapat dihindari ini membuat kondisi politik menjadi tidak stabil.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: