Gembus dan Gesek: Makanan Tradisional Jawa Tengah dengan Sejarah Panjang

Minggu 30-11-2025,16:46 WIB
Reporter : Linda Kurniati
Editor : Budi Setiawan

BACA JUGA:POCO F8 Pro Resmi Debut Global, Siap Jadi Flagship Killer Paling Agresif di 2025

C. Sejarah dan Latar Budaya Gesek

Gesek berkembang di masa ketika masyarakat memerlukan makanan yang bisa bertahan lama tanpa pendinginan. 

Pada era sebelum listrik merata, penjemuran adalah cara utama mengawetkan makanan.

Oleh karena itu, gesek menjadi makanan yang sering dipersiapkan untuk:

  • Persediaan musim paceklik, ketika bahan makanan sulit didapat.
  • Bekal perjalanan jauh, terutama bagi petani atau pedagang.
  • Hidangan untuk tamu, karena bisa digoreng sewaktu-waktu.

Di beberapa desa, gesek juga menjadi simbol ketahanan pangan masyarakat. Dengan bahan sederhana, mereka bisa menciptakan camilan nikmat dan awet.

BACA JUGA:Cantik Alami dengan Air Beras: Manfaat, Cara Pakai, dan Rahasianya untuk Kulit Lebih Cerah

D. Peran Sosial

Gesek sering disajikan sebagai camilan renyah yang dinikmati saat berkumpul sore hari.

Anak-anak desa dahulu sering membantu menjemur gesek, sehingga makanan ini juga membawa nilai kebersamaan dalam keluarga.

BACA JUGA:Rahasia Pori-Pori Tersamarkan: Rekomendasi Primer Terbaik untuk Kulit Lebih Halus dan Tahan Lama

3. Makna Gembus dan Gesek dalam Kuliner Jawa Tengah

Kedua makanan ini adalah contoh nyata kreativitas masyarakat dalam mengolah hasil bumi. Singkong yang mudah didapat diolah menjadi makanan yang:

  • Mengenyangkan
  • Murah
  • Lezat
  • Punya nilai budaya tinggi
  • Berkaitan dengan sejarah pangan rakyat

Di masa kini, gembus dan gesek masih dijual di pasar tradisional, meskipun keberadaannya mulai menipis. Namun bagi sebagian masyarakat, kedua makanan ini tetap membawa nostalgia dan identitas kuliner daerah. (*)

Kategori :