Rangkaian Ritual dan Upacara Sakral
Sebelum Erau dimulai, pihak Kesultanan melakukan sejumlah ritual penting yang memiliki nilai spiritual tinggi.
Tahap pertama adalah ziarah ke makam leluhur dan raja-raja terdahulu sebagai bentuk penghormatan serta doa agar seluruh kegiatan berjalan lancar.
Ziarah ini menjadi simbol bakti dan rasa hormat kepada para pendahulu yang telah berjasa.
BACA JUGA:Kuntau: Seni Bela Diri Tradisional Banjar yang Menjadi Warisan Leluhur
Setelah itu dilaksanakan ritual Besawai, yaitu upacara adat untuk memberitahu alam gaib bahwa Erau akan segera digelar.
Dalam prosesi ini, benda-benda pusaka kerajaan seperti Singa Nolek dan Gong Galoh turut digunakan karena dianggap memiliki kekuatan magis dan sejarah yang panjang.
Berikutnya, dilakukan ritual Merangin, yang dipimpin oleh tokoh adat Belian dari Kedang Ipil. Upacara ini bertujuan menyucikan diri secara spiritual sebelum rangkaian kegiatan dimulai.
Kemudian dilanjutkan dengan Bepelas, yaitu penyucian bagi Sultan agar terhindar dari pengaruh negatif dan memulihkan kewibawaannya sebagai pemimpin.
BACA JUGA:Adat Istiadat Suku Dayak Kalimantan yang Masih Dilestarikan
Setelah itu, diadakan pula Beluluh, yaitu ritual yang bermakna meluluhkan energi negatif agar digantikan dengan aura positif.
Prosesi ini dilakukan di Kedaton Kutai Kartanegara dan dipercaya dapat memperkuat fisik serta spiritual Sultan.
Sebagai tanda resmi dimulainya Erau, dilakukan pendirian Tiang Ayu oleh tokoh-tokoh Kesultanan dan pejabat daerah.
Tiang ini menjadi simbol kebersamaan dan semangat gembira antara Sultan dan rakyat. Sejak Tiang Ayu berdiri, seluruh masyarakat Kutai diharapkan bersatu dalam suka cita.
BACA JUGA:Adat Istiadat Suku Dayak Kalimantan yang Masih Dilestarikan
Makna dan Nilai Filosofis Erau