Dan agar keberadaan orang tua asuh bukan hanya memberikan pembinaan, muncullah inisiatif yang cukup mulia, dengan pemberlakukan iuran dalam wujud sukarela untuk dimanfaatkan guna membantu mencukupi kebutuhan anak asuh.
"Ibarat kata jika peran orang tua asuh hanya sebatas memberikan nasehat dan arahan jelas hal itu kurang memberi manfaat nyata, tapi jika di barengi dengan adanya wujud perhatian. Itu pasti sangat dirasa," kata Patoni.
"Seperti halnya ketika kita menjenguk orang sakit, jika hanya menganjurkan yang sakit untuk jaga kesehatan, jangan makan pantangan dan lain-lain, tentu itu hanya sebatas anjuran. Tetapi jika datang memberikan anjuran dan membawa oleh-oleh seperti jeruk, roti atau bentuk lainnya pasti itu memiliki manfaat," imbuhnya.
Atas dasar hal-hal tersebut diatas sehingga muncullah ide untuk memberlakukan kesepakatan sumbangan.
BACA JUGA:Tiga Pelaku Kasus Narkoba Diamankan di Kos-kosan Wilayah Tulang Bawang Barat
"Dengan adanya sumbangan mandiri dari orang tua asuh kepada anak asuh, saya nilai ini adalah satu perbuatan yang 'mulia' ibarat kata kita datang membantu orang sakit," cetusnya.
“Dan memang dalam rencana tersebut, munculnya kesepakatan bersama dari setiap orang tua asuh memberikan sumbangan melalui analisa dari pihak Puskesmas, perbandingan jumlah orang tua asuh dengan kasus stunting yang terjadi di kecamatan itu," urai Patoni
Pihaknya juga memperjelas dari rencana itu, setelah nantinya diterapkan, akan dikaji dan dipelajari apakah ada segi manfaatnya kepada anak asuh atau seperti apa. Jika nanti bermanfaat kenapa tidak dilanjutkan," papar pihaknya.
Karena diakuinya kehadiran orang tua asuh sejak mulai diterapkan beberapa bulan ini, memang baru berperan memberikan pembinaan dan pemantauan.
BACA JUGA:Jaringan Listrik Bawah Laut Rusak, Pemkab Pesisir Barat Tunggu PLN
"Kalau kita hanya memantau dan membina saja, selip-selip keluarga dari anak asuh justru kurang respon. Sebab orang tua asuh contoh dalam satu pekon tergabung dari beberapa unsur aparat, kalau rombongan cuma datang membina lama kelamaan akan berbalik memberatkan pihak anak asuh, alias bukan membina tapi justru sebaliknya." sebutnya seraya tersenyum.
Tapi dengan memberikan dukungan moril dalam wujud kebutuhan penderita stunting itu menjadi ikhtiar dan doa.
Terpisah Koordinator Forum Pemuda Pelajar Mahasiswa (FKPPM) Lampung Barat Anton Hilman, S.SI, memberikan tanggapan dengan mendukung penuh program tersebut dan inisiatif orang tua asuh seperti yang direncanakan di Kecamatan Pagar Dewa dengan akan berpartisipasi dalam moral dan materil.
Hanya saja pihaknya meminta agar apa yang jadi inisiatif itu, justru tidak menyebabkan anggaran penanganan stunting Rp15 Miliar yang digelontorkan justru kurang tepat sasaran. Atau terjadinya tumpang tindih.
BACA JUGA:Hingga Juni Produksi Ikan Air Tawar Capai 110,7 Ton
"Dinas Kesehatan harus menjadi pihak pertama yang harus menjabarkan penanganan stunting, jangan tertutup" Pinta Anton.