Disway Awards

Situs Payak: Petirtaan Suci dari Era Mataram Kuno di Bantul

Situs Payak: Petirtaan Suci dari Era Mataram Kuno di Bantul

Situs ini menjadi bukti bahwa masyarakat pada masa Mataram Kuno sudah mengenal tata ruang yang rapi, teknologi pengolahan air, dan praktik keagamaan yang mendalam. - Foto Instagram@mbone_segara--

MEDIALAMPUNG.CO.ID — Di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, tepatnya di Dusun Bintaran Wetan, Desa Srimulyo, terdapat sebuah situs bersejarah yang menyimpan jejak masa lalu dari Kerajaan Mataram Kuno

Tempat ini dikenal sebagai Situs Payak, sebuah petirtaan atau lokasi pemandian suci yang diperkirakan telah berdiri sejak abad ke-9. 

Keberadaan situs ini menjadi bukti bahwa masyarakat pada masa Mataram Kuno sudah mengenal tata ruang yang rapi, teknologi pengolahan air, dan praktik keagamaan yang mendalam.

BACA JUGA:Kehidupan Budaya Masyarakat Kerajaan Kutai dan Perkembangannya dalam Berbagai Bidang

Awal Penemuan Situs Payak

Situs Payak pertama kali ditemukan pada tahun 1970-an. Lokasinya berada di area pembuatan batu bata, sehingga struktur aslinya tertimbun tanah dan tidak terlihat dari permukaan. 

Saat proses penggalian bahan baku berlangsung, masyarakat menemukan struktur batu yang tidak biasa. Temuan tersebut kemudian dilaporkan kepada pihak terkait, dan sejak itu dimulai perjalanan penelitian untuk mengungkap sejarahnya.

Setelah laporan diterima, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Daerah Istimewa Yogyakarta—yang kini dikenal sebagai Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY—melakukan ekskavasi penyelamatan untuk memastikan keberadaan serta kondisi bangunan tersebut. 

Melalui beberapa tahap penggalian, para ahli akhirnya mengetahui bahwa struktur ini adalah sisa petirtaan kuno, yakni sebuah bangunan tempat pemandian atau pengambilan air suci yang biasa digunakan untuk kepentingan ritual agama Hindu.

BACA JUGA:Nasi Ndoreng, Kuliner Jawa Kaya Aroma dan Tradisi

Bentuk dan Struktur Bangunan

Hasil ekskavasi menunjukkan bahwa Situs Payak memiliki bentuk denah huruf “U” dan berada sekitar 6 meter di bawah permukaan tanah saat ini. Bahan penyusunnya adalah batu putih atau batu tuf, sejenis batuan lunak yang banyak digunakan pada bangunan masa Mataram Kuno karena mudah dibentuk namun cukup kuat untuk struktur bangunan.

Di tengah struktur berbentuk “U” tersebut terdapat sebuah kolam berukuran 3,12 × 1,86 meter, dengan kedalaman sekitar 60 sentimeter. Kolam inilah yang diyakini menjadi tempat pengumpulan air suci.

Pada dinding sisi barat laut petirtaan ditemukan sebuah relung atau ceruk yang menjadi tempat meletakkan arca. Berdasarkan temuan fragmen arca dan gaya seni rupanya, arca tersebut diperkirakan menggambarkan Dewa Siwa. Hal ini memperkuat dugaan bahwa petirtaan ini dipakai untuk ritual yang berkaitan dengan ajaran Hindu, terutama yang berhubungan dengan pemujaan kepada Siwa.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: