Makna dan Filosofi Erau Adat Kutai, Tradisi Kerajaan yang Tetap Lestari
Erau Adat Kutai, tradisi sakral peninggalan Kesultanan yang masih hidup di Tenggarong-Foto IndonesiaKaya-
BACA JUGA:Ribuan Orang di 11 Kota Indonesia Akan Tampil dalam Gerakan 'Indonesia Menari 2025'
Pelestarian dan Dampak Sosial Ekonomi
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) berperan aktif dalam menjaga dan mengembangkan tradisi Erau.
Setiap tahun, berbagai lomba seni dan budaya diselenggarakan, seperti lomba bertarsul, nyanyi tinggilan, jepen kreasi Kutai, serta lagu daerah anak-anak.
Tujuannya adalah menanamkan kecintaan terhadap budaya lokal kepada generasi muda.
BACA JUGA:Ragam Suku Asli di Pulau Kalimantan dan Keunikan Budayanya
Selain pelestarian budaya, Erau juga membawa dampak ekonomi bagi masyarakat.
Banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang ikut serta membuka stan kuliner, menjual kerajinan tangan, hingga pakaian khas daerah.
Momen ini menjadi ajang peningkatan pendapatan masyarakat sekaligus memperkuat rasa kebersamaan antarwarga.
Menurut para pengamat budaya, keterlibatan masyarakat dalam Erau tidak hanya memperkuat identitas lokal, tetapi juga menumbuhkan kesadaran bahwa budaya dapat menjadi sumber kemakmuran jika dikelola dengan baik.
BACA JUGA:Macam-Macam Baju Adat Nusantara: Cerminan Keindahan dan Jati Diri Bangsa
Menjelang akhir acara, Tiang Ayu yang sebelumnya didirikan akan direbahkan kembali sebagai simbol berakhirnya seluruh rangkaian kegiatan.
Penutupan Erau biasanya bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Kota Tenggarong serta Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dalam momen tersebut, masyarakat juga menggelar Maulid Bejanji sebagai bentuk rasa syukur dan doa bersama agar Kutai senantiasa diberkahi.
Erau Adat Kutai adalah warisan luhur yang menunjukkan betapa kayanya budaya bangsa Indonesia.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





