Mengenal Tradisi Ngaben dan Nyekah, Upacara Kematian Suci di Bali
Kedua upacara ini menjadi warisan budaya yang memperlihatkan kedalaman spiritual masyarakat Bali sekaligus menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. - Foto Instagram@peterhadinataputra--
Makna Spiritual dan Sosial
Tradisi Ngaben dan Nyekah memiliki makna yang mendalam, tidak hanya dalam aspek spiritual, tetapi juga sosial dan budaya.
Kedua upacara ini menunjukkan betapa kuatnya rasa kebersamaan dan gotong royong di masyarakat Bali.
Dalam setiap pelaksanaannya, warga desa saling membantu, mulai dari mempersiapkan perlengkapan, membuat sesajen, hingga mengiringi prosesi dengan gamelan dan doa.
BACA JUGA:Seni Kulit Telur: Dari Limbah Menjadi Karya Bernilai Seni
Secara spiritual, kedua upacara ini berakar dari ajaran Panca Sradha, yaitu lima keyakinan dasar umat Hindu: percaya kepada Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa), percaya kepada atma (jiwa), hukum karma phala, reinkarnasi (punarbhawa), dan moksa.
Melalui Ngaben dan Nyekah, masyarakat Bali menegaskan keyakinannya bahwa kehidupan tidak berakhir pada kematian, melainkan terus berlanjut menuju penyatuan dengan Sang Pencipta.
Bagi masyarakat Bali, kematian bukanlah akhir kehidupan, melainkan awal dari perjalanan spiritual menuju alam yang lebih tinggi.
Tradisi Ngaben dan Nyekah menjadi simbol penyucian diri dan pelepasan roh dari ikatan duniawi. Melalui ritual yang sarat makna ini, umat Hindu Bali tidak hanya menghormati leluhur, tetapi juga menegaskan nilai-nilai kehidupan, kasih, dan kebersamaan.
BACA JUGA:Tari Kuda Renggong: Seni Tradisi Penuh Makna dari Sumedang
Kedua upacara ini menjadi warisan budaya yang memperlihatkan kedalaman spiritual masyarakat Bali sekaligus menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
Dengan melestarikan tradisi ini, Bali tidak hanya mempertahankan identitas budayanya, tetapi juga meneguhkan nilai universal tentang kehidupan, kematian, dan keabadian.(*)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




