Mengenal Tradisi Ngaben dan Nyekah, Upacara Kematian Suci di Bali

Mengenal Tradisi Ngaben dan Nyekah, Upacara Kematian Suci di Bali

Kedua upacara ini menjadi warisan budaya yang memperlihatkan kedalaman spiritual masyarakat Bali sekaligus menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. - Foto Instagram@peterhadinataputra--

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Pulau Bali dikenal tidak hanya karena keindahan alam dan budaya seninya, tetapi juga karena kekayaan tradisi spiritual yang masih dijalankan hingga kini. 

Salah satu tradisi yang sangat sakral dan menjadi ciri khas masyarakat Hindu Bali adalah Ngaben dan Nyekah. 

Kedua upacara ini memiliki kaitan erat dengan kematian, namun sebenarnya memiliki tujuan dan makna yang berbeda. 

Ngaben merupakan prosesi pembakaran jenazah sebagai bentuk pelepasan roh, sementara Nyekah adalah upacara lanjutan untuk menyucikan roh agar mencapai kesempurnaan spiritual.

BACA JUGA:Mengenal Tari Manuk Dadali, Simbol Semangat Garuda dari Jawa Barat

Makna dan Tujuan Upacara Ngaben

Ngaben merupakan tradisi pembakaran jenazah yang dilakukan umat Hindu di Bali. 

Secara filosofi, upacara ini melambangkan pengembalian unsur tubuh manusia kepada alam semesta. 

Umat Hindu percaya bahwa tubuh manusia tersusun dari lima unsur yang disebut panca maha bhuta, yaitu tanah, air, api, udara, dan ether. 

BACA JUGA:Gambang Kromong: Perpaduan Harmonis Budaya Betawi dan Tionghoa

Melalui upacara Ngaben, kelima unsur tersebut dikembalikan kepada asalnya, sedangkan roh atau atma yang telah terbebas diantarkan menuju penyatuan dengan Sang Pencipta.

Upacara ini juga menjadi bentuk bakti dan kasih sayang anak kepada orang tua atau leluhur. 

Dengan melaksanakan Ngaben, keluarga berharap agar roh orang yang telah meninggal dapat melepaskan diri dari keterikatan duniawi dan mencapai alam kedamaian. 

Maka dari itu, Ngaben bukanlah prosesi berduka, melainkan perwujudan sukacita spiritual karena roh seseorang sedang menuju kesempurnaan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: