Fabriek Fikr: Merayakan Jejak Panjang Sardono W. Kusumo dalam Dunia Seni
Melalui Fabriek Fikr, Sardono tidak hanya memperlihatkan pencapaiannya sebagai seniman, tetapi juga menunjukkan bagaimana seni bisa menjadi alat refleksi, dialog, dan perenungan terhadap identitas bangsa. Foto: Instagram@aga_yp--
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Sebuah pergelaran budaya bertajuk Fabriek Fikr diselenggarakan pada akhir November 2015 di area bekas Pabrik Gula Colomadu, Solo, Jawa Tengah.
Acara ini merupakan bagian dari program Sardono’s Retrospective, yang diprakarsai untuk menghormati jejak panjang Sardono W Kusumo, seorang maestro seni pertunjukan di Indonesia yang telah berkarya selama puluhan tahun.
Melalui kegiatan ini, masyarakat diajak menyusuri perjalanan kreatif Sardono, mulai dari karya-karya awalnya hingga pencapaian besar yang menempatkannya di panggung seni internasional.
Retrospektif ini menghadirkan berbagai bentuk seni lintas disiplin, mulai dari film eksperimental, pertunjukan teater yang dipadukan dengan seni lukis, hingga pameran visual dan koreografi kontemporer.
BACA JUGA:Barang Bukti Hasto Masih Dianalisis, KPK Terus Buru Harun Masiku
Salah satu hal yang menarik dari acara ini adalah cara penyajiannya yang tidak biasa. Lukisan-lukisan ditampilkan bukan sekadar sebagai pajangan, melainkan sebagai elemen besar dalam tata panggung.
Selain itu, film yang diputar mengusung pendekatan yang tak konvensional, memperluas batas-batas sinema tradisional. Semua ini memperlihatkan keberanian Sardono dalam mengeksplorasi bentuk dan medium artistik.
Tak hanya menampilkan karya, acara ini juga menjadi ajang pertemuan antar generasi. Para alumni dan seniman muda yang pernah belajar bersama Sardono turut ambil bagian dalam lokakarya dan pertunjukan.
Sebagian dari mereka kini telah berkarya di luar negeri dan membawa pengaruh pemikiran Sardono dalam praktik seni mereka.
BACA JUGA:Polisi Amankan Pria yang 15 Kali Cabuli Remaja Laki-Laki di Bandar Lampung
Menjelang keterlibatan Sardono dalam Singapore International Festival of Arts (SIFA) tahun berikutnya, Fabriek Fikr juga menjadi ruang persiapan.
Dalam momen ini, Sardono mempersembahkan proyek kolaboratif yang melibatkan seniman dari berbagai latar budaya, termasuk dari Papua.
Tema utama yang diangkat adalah pentingnya menjaga warisan budaya dan bagaimana warisan tersebut bisa dibawa ke masa depan melalui proses transformasi.
Karya kolaboratif ini menghadirkan gabungan elemen-elemen artistik seperti suara elektronik, seni video, instalasi, gerak tubuh, dan lukisan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





