Ludruk: Cerminan Suara Rakyat dalam Balutan Humor
Ludruk adalah warisan budaya yang menggambarkan wajah rakyat.-Foto IndonesiaKaya-
BACA JUGA:Hallyuwood Berduka, Aktor Song Young kyu Meninggal Dunia
Puncak kejayaan ludruk terjadi sekitar awal abad ke-20. Dalam periode ini, ludruk tampil bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga menjadi media penyampaian kritik sosial dan semangat perjuangan.
Beberapa seniman ludruk menggunakan panggung untuk menyampaikan kegelisahan masyarakat terhadap penjajahan, kemiskinan, dan ketidakadilan.
Salah satu tokoh yang sangat berpengaruh adalah seorang seniman dari Surabaya yang memperkenalkan gaya baru dalam lawakan ludruk.
Ia berhasil menggabungkan unsur hiburan dengan pesan nasionalisme. Pertunjukan yang dibawakannya tidak hanya membuat penonton tertawa, tetapi juga menggugah kesadaran sosial dan rasa cinta tanah air.
BACA JUGA:20 Inspirasi Menu Masakan Rumahan Praktis dan Murah untuk Sehari-hari
Semangat tersebut kemudian dilanjutkan oleh kelompok-kelompok ludruk lainnya yang berkembang di berbagai daerah seperti Mojokerto, Jombang, dan Malang.
Ludruk bahkan sempat menjadi pertunjukan populer yang mengisi berbagai perayaan rakyat seperti pernikahan, khitanan, hingga acara kenegaraan.
Ketika era media modern mulai mengambil alih panggung hiburan, eksistensi ludruk perlahan meredup.
Banyak masyarakat, khususnya generasi muda, mulai lebih mengenal sinetron atau komedi televisi dibanding kesenian tradisional seperti ludruk. Namun, sejumlah seniman tetap setia mempertahankan seni ini.
BACA JUGA:6 Artis Ini Dulu Pernah Bersinar, Kini Hidup Sederhana demi Bertahan Hidup
Beberapa di antaranya bahkan berhasil membawa ludruk ke media rekaman audio dan video, menjadikan guyonan khas ludruk dikenal kembali lewat kaset, radio, dan televisi.
Formatnya lebih fleksibel, tidak terlalu panjang, dan fokus pada bagian lawakan yang cepat menghibur. Gaya ini ternyata mampu membangkitkan kembali minat masyarakat terhadap ludruk.
Hingga kini, berbagai komunitas seni dan institusi budaya terus berupaya menjaga keberlangsungan ludruk.
Pelatihan untuk pemain muda, pementasan rutin di kampung-kampung, hingga pengemasan pertunjukan dalam format digital menjadi bagian dari strategi pelestarian. Beberapa kelompok ludruk juga tampil di festival budaya dan pentas seni nasional.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





