Kerajinan Kulit Lantung Bengkulu: Warisan Budaya yang Tetap Hidup

BACA JUGA:Kain Songket Siak: Warisan Budaya Riau yang Penuh Makna

Tahapan pertama dimulai dengan pengambilan kulit pohon terap yang dilakukan secara hati-hati agar pohonnya tidak rusak dan bisa tumbuh kembali. 

Kulit yang sudah dikupas kemudian direndam selama beberapa hari hingga teksturnya lunak dan mudah dibentuk. 

Setelah itu, kulit direntangkan dan dipukul menggunakan alat tradisional hingga menjadi tipis, lentur, dan rata. 

Tahap akhir adalah penjemuran di bawah sinar matahari sampai benar-benar kering, menghasilkan bahan siap pakai yang memiliki tekstur alami dan kuat.

BACA JUGA:Tari Zapin: Warisan Budaya Melayu yang Sarat Nilai Islami

Berbagai produk kini telah dikembangkan dari kulit lantung. Tas dan dompet adalah salah satu yang paling digemari karena desainnya yang unik dan berkesan alami, menjadikannya oleh-oleh khas yang banyak diburu wisatawan. 

Selain itu, kulit lantung juga digunakan untuk membuat bingkai foto dan kotak penyimpanan yang menarik sebagai elemen dekorasi interior. 

Aksesoris pribadi seperti kalung, gelang, dan bros dengan motif etnik khas Bengkulu juga semakin populer. 

Bahkan, produk seperti hiasan dinding dan cinderamata berbahan kulit lantung mulai banyak dipilih sebagai dekorasi rumah atau buah tangan bernilai seni tinggi.

BACA JUGA:Tiga Rumah Adat Khas Kepulauan Riau dan Keunikannya

Namun demikian, pelestarian kerajinan kulit lantung tidak lepas dari sejumlah tantangan. Salah satu kendala utama adalah keterbatasan bahan baku akibat semakin sedikitnya pohon terap di alam. 

Selain itu, minat generasi muda untuk melanjutkan tradisi ini juga masih rendah karena dianggap kurang menjanjikan secara ekonomi. 

Di sisi lain, promosi yang masih terbatas membuat produk kulit lantung belum dikenal luas di luar daerah.

Untuk menjawab tantangan tersebut, berbagai pihak mulai mengambil langkah nyata. 

Sumber: