Kacaping Mandar: Alunan Tradisi dari Bumi Sulawesi Barat

BACA JUGA:Tari Ambarang: Ekspresi Budaya dan Kreativitas Masyarakat Jawa Timur

Meski demikian, semangat memanfaatkan bahan lokal tetap dijaga dalam setiap proses pembuatannya.

Kacaping dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari tangan. Pemain duduk bersila dengan alat musik diletakkan di atas paha, dalam posisi miring. 

Gaya permainan sangat bergantung pada kreativitas sang pemain, atau pakkacaping. Mereka tidak menggunakan notasi musik, melainkan memainkan lagu secara spontan berdasarkan perasaan dan intuisi.

Permainan kacaping sering disertai dengan vokal atau syair. Lagu-lagu yang dibawakan dapat berupa pujian, sindiran, atau doa. 

BACA JUGA:Tari Gandrung Marsan: Warisan Leluhur dari Banyuwangi yang Tak Lekang oleh Waktu

Dalam konteks sosial, pemain laki-laki cenderung lebih ekspresif dan berani dalam membawakan lirik, sementara pemain perempuan biasanya lebih halus dan liris.

Kacaping Mandar memiliki fungsi yang luas, tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga bagian dari berbagai upacara adat. 

Salah satunya adalah saat menggelar syukuran atas kelahiran anak, panen, atau khataman Al-Qur’an. 

Kacaping dimainkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, sekaligus mempererat ikatan sosial masyarakat.

BACA JUGA:Legenda Terbentuknya Telaga Sarangan

Dalam praktiknya, kacaping juga digunakan sebagai wadah untuk memenuhi nazar. 

Masyarakat yang memiliki nazar atas sesuatu, seperti kesembuhan dari penyakit ataupun keberhasilan usaha, akan menggelar acara yang diiringi permainan kacaping sebagai bentuk pelunasan janji kepada Tuhan Yang Maha Esa 

Salah satu keunikan pertunjukan kacaping adalah merupakan syair ataupun lagu yang dinyanyikan oleh pak kaca ping. Liriknya sering bersifat spontan, berbentuk puisi bebas dalam bahasa Mandar. 

Isi dari lirik bisa sangat beragam — mulai dari nasihat, cerita cinta, hingga kritik sosial yang disampaikan secara halus.

Sumber: