Tari Gandrung Marsan: Warisan Leluhur dari Banyuwangi yang Tak Lekang oleh Waktu

Tari Gandrung Marsan: Warisan Leluhur dari Banyuwangi yang Tak Lekang oleh Waktu

Tari Gandrung Marsan lebih dari sekadar pertunjukan tari adalah refleksi perjalanan sejarah, dinamika sosial, dan ekspresi budaya masyarakat Banyuwangi.-Ilustrasi: Canva@Budi Setiawan-

MEDIALAMPUNG.CO.ID - Tari Gandrung Marsan merupakan salah satu karya budaya Banyuwangi yang sangat unik dan sarat makna. 

Tarian ini bukan sekadar hiburan semata, melainkan juga bagian dari sejarah, identitas, dan perjuangan masyarakat di ujung timur Pulau Jawa. 

Di balik keindahan gerak dan irama musiknya, tersimpan nilai-nilai sosial yang dalam serta kisah seorang lelaki penari yang mengubah pandangan banyak orang terhadap seni pertunjukan tradisional.

Tari Gandrung telah dikenal masyarakat Banyuwangi sejak masa lalu sebagai tarian rakyat yang hidup di tengah kehidupan agraris dan pesisir. 

BACA JUGA:Legenda Terbentuknya Telaga Sarangan

Nama "Gandrung" sendiri berasal dari kebiasaan masyarakat yang begitu terpikat dan terhibur oleh pertunjukan ini. 

Semula, Gandrung ditarikan oleh laki-laki yang memerankan sosok perempuan karena saat itu belum lazim perempuan tampil di hadapan publik.

Dari situlah kemudian muncul bentuk-bentuk tarian Gandrung yang beragam. 

Salah satu bentuk yang paling dikenang adalah versi yang dibawakan oleh Marsan, seorang penari laki-laki yang memperkenalkan gaya dan pendekatan berbeda dalam membawakan Gandrung.

BACA JUGA:Rumah Adat Jawa Timur: Ragam, Fungsi, dan Makna Budayanya

Marsan dikenal sebagai sosok penari yang sangat berdedikasi terhadap seni tari Gandrung. Ia mulai menari sejak muda dan menekuni dunia ini dengan penuh semangat. 

Dengan kemampuannya membawakan peran perempuan dalam tari dengan sangat ekspresif, Marsan berhasil menciptakan gaya tarian yang memikat banyak orang.

Namun, lebih dari sekadar penampilannya di panggung, Marsan membawa semangat untuk menjadikan seni sebagai sarana penyampaian pesan damai dan persatuan. 

Dalam konteks sosial saat itu, kehadirannya juga menjadi bentuk keberanian dalam mengekspresikan identitas melalui seni, sekaligus membuka ruang toleransi dalam masyarakat terhadap bentuk-bentuk ekspresi yang berbeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: