Perbedaan Harga Jual Gas LPG 3 Kg Dengan Harga Jual Kopi Robusta  

Perbedaan Harga Jual Gas LPG 3 Kg Dengan Harga Jual Kopi Robusta  

Medialampung.co.id - Biasanya, dalam hukum pasar jika barangnya sedikit harganya mahal. Seperti contoh gas elpiji (LPG) ukuran Tiga Kilogram (Kg) yang disubsidi pemerintah kerap jadi keluhan masyarakat karena sering mengalami kenaikan harga jual lantaran jumlah stok yang dikirim tidak mencukupi terhadap kebutuhan masyarakat.

Namun, kondisi kenaikan harga jual tersebut tidak berlaku dengan harga jual biji kopi robusta yang menjadi usaha mayoritas masyarakat Kabupaten Lampung Barat. 

Bagaimana tidak, meskipun saat ini sedang swasana paceklik, atau sudah lama berlalu dari waktu musim, dan masih lama masuk masa panen kembali.

Tetapi harga jual kopi hanya antara Rp18-19 ribu per kilogram, untuk biji musim. Sedangkan untuk biji selang hanya Rp17,5 ribu.

Dikatakan salah satu agen kopi yang enggan menyebutkan namanya, kondisi harga tersebut tidak mempengaruhi terhadap ketersediaan stok kopi yang ada di petani.

"Saat musim harga kopi begini-beginilah, hanya kadang-kadang menyentuh Rp20 ribu. Di masa sekarang penjualan dari petani sedikit atau jauh menurun karena mungkin tidak ada kopinya lagi, tapi harga juga tetap," ungkapnya.  

Berbeda dengan sayuran (hortikultura). Yang mana ketika barangnya sedikit harga melambung. Seperti saat ini harga jual cabai. Namun harga jual Labu siam yang sedang banjir justru anjlok di bawah Rp1000/kg. 

Terpisah, dikatakan Hernal, salah satu petani kopi. Sebetulnya saat ini masih banyak petani yang menyimpan kopi hasil musim, namun, belum digiling, karena masih ada harapan menunggu naiknya harga kopi minimal diatas Rp20 ribu/kg. 

Sebelumnya salah satu penggiat perkebunan kopi Lambar asal Kecamatan Sekincau  Irwansyah, S.P.,  menyampaikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani kopi, saat ini tidak bisa hanya mengandalkan dari kondisi harga jual. Pasalnya di bidang itu tidak ada ketentuan harga tetap. Buktinya dalam satu hari harga bisa saja berubah. 

Namun, petani harus mampu merubah mindset dalam pengelolaan. Untuk bisa mencapai hasil produksi (buah) yang maksimal. 

Seperti yang diniatkannya bersama Kopista Indonesia, Kabupaten Lampung Barat dan para petani kopi, melakukan upaya pengolahan kebun kopi untuk mampu produksi minimal hasil Dua Ton per hektar (promin 2 ton). Dengan perawatan yang tepat.  

Dimana Manajemen Kopista Indonesia dirinya bersama Supriyono, S.T dan Karjo Matajat, mengedukasikan secara mandiri upaya-upaya mengatasi terjadinya penyusutan buah kopi karena faktor cuaca.

Dengan menggunakan Tiga langkah perawatan yaitu Pemangkasan yang tepat waktu yaitu segera setelah panen usai, dengan sasaran yang tepat yaitu ranting yang lebih dari B2.

Pemupukan yang lengkap unsur N, P dan K ditambah unsur lainnya, pada waktu yang pas, atau minimal dua kali setiap tahun dengan jumlah yang cukup. Termasuk penyiapan bahan ranting B0 yang tepat waktu dan jumlah yang sesuai dengan kemampuan pemupukan. (r1n/mlo)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: