Harga Sawit Kembali Terjun Bebas, Petani Merugi

Harga Sawit Kembali Terjun Bebas, Petani Merugi

--

Medialampung.co.id - Belum juga hilang euforia atas naiknya harga buah kelapa sawit yang memang saat menjadi primadona kedua petani Waykanan setelah karet, petani Waykanan kembali terhenyak karena harganya kembali terjun bebas dan bahkan di Kampung Gubernur Lampung (Kecamatan Negara Batin *red) hanya Rp.1.500/kg Kabupaten Waykanan dan bahkan hari ini hanya Rp.1.100/kg dari harga sebelumnya Rp.3.000/kg. 

"Hampir setiap hari harganya turun sebesar Rp50 per kilogram, jadi saat ini harga yang kami terima Rp.1.100 per kilogram," kata Budi Sutrisno, petani sawit Kampung Gedung Jaya, Kecamatan Negara Batin. 

Ia mengatakan, penurunan harga tersebut terjadi dalam sepekan terakhir dan petani hanya mendapat keterangan dari pengumpul bahwa penurunan harga tandan buah segar (TBS) berkaitan dengan Ada pembatasan larangan Crude Palm Oil atau CPO rupanya telah membuat kondisi harga tandan buah segar atau TBS dari petani sawit swadaya belum juga beranjak normal, bahkan sekarang dianggap harganya makin anjlok. 

Para petani, kata Budi, hanya pasrah dan menerima harga yang ditetapkan pengumpul sebab bila ditolak maka sawit yang sudah dipanen tidak terjual dan membusuk. 

"Apalagi sawit berbeda dengan karet, kalau sawit tidak dipanen akan merusak batangnya, beda dengan karet yang bisa ditahan tidak disadap," ujarnya. 

Budi berharap pemerintah mengawasi penetapan harga TBS hingga ke lapangan, sebab para petani mendapatkan informasi bahwa harga terendah TBS sudah ditetapkan pemerintah bersama pengusaha sawit. 

Terpisah, Andre pengumpul sawit dari kampung Karta Jaya mengatakan penetapan harga di tingkat petani setelah mendapat informasi penetapan harga dari pabrik. 

Para pengumpul kata dia hanya mendapat selisih Rp.50/kg dari petani kemudian menjual lagi sawit tersebut ke pabrik pengolah minyak sawit. 

“Harga yang diterima pabrik Rp1.500 dan Rp1.100 paling tinggi per kilo dari petani, di karena kan banyaknya biaya untuk memanen, melansir, mengojek motor, bahkan sampai biaya traktor/endel untuk mengeluarkan buah sawit dari kebun sebelum di muat ke mobil truk, nah itu lah perbandingan nya harga tengkulak ke petani dan pabrik," kata dia. 

Sementara beban ongkos angkut TBS dari kebun warga hingga ke desa dan menuju pabrik dibebankan kepada pedagang pengumpul. 

Ia mengatakan penetapan harga di tingkat pabrik menjadi penentu harga yang diberikan kepada petani sawit. 

"Kita Petani Sawit khususnya mohon pemerintah untuk memperhatikan nasib kami jangan hanya waktu mau mencalonkan diri untuk menjadi pejabat atau anggota Dewan saja banyak janji," tegasnya.(sah/mlo)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: