Harga Singkong Anjlok Akibat Lesunya Permintaan Tapioka Global, Pemprov Lampung Ambil Langkah Strategis
Bidang Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Lampung, Mulyadi Irsan--
“Keberhasilan sektor singkong tidak bisa hanya diukur dari harga. Hubungan yang kuat dan saling menguntungkan antara petani dan pabrik menjadi kunci agar keduanya tumbuh bersama,” ujarnya.
BACA JUGA:Nusantara Lampung FC Resmi Diluncurkan, Siap Uji Coba Perdana Lawan Sriwijaya FC
Mulyadi mengakui bahwa rantai pasok antara petani, perantara, dan pabrik masih belum seimbang sehingga posisi tawar petani cenderung lemah.
“Industri tapioka belum mampu menjual produknya karena pabrik-pabrik besar menahan penyerapan. Dampaknya, harga singkong di tingkat petani sulit naik,” tambahnya.
Sebagai solusi jangka panjang, Pemprov Lampung mendorong model kemitraan berkeadilan yang memberikan pendampingan teknis, akses pembiayaan, serta pelatihan budidaya modern bagi petani.
Program ini meliputi penggunaan bibit unggul, teknik pemupukan efisien, peningkatan kadar pati, hingga penerapan sistem pertanian berkelanjutan.
BACA JUGA:Desert di Roblox: Petualangan Bertahan Hidup di Padang Pasir Digital yang Penuh Tantangan
Ia juga menyoroti kesenjangan produktivitas antara Lampung dan negara pesaing seperti Thailand serta Vietnam.
Kedua negara tersebut dinilai telah lebih efisien dalam menekan biaya produksi dan meningkatkan kadar pati singkong, sehingga produk tapioka mereka lebih kompetitif.
“Lampung punya potensi besar jika didukung teknologi dan manajemen pertanian yang efisien. Kita perlu meniru model efisiensi mereka untuk menjaga daya saing,” tegas Mulyadi.
Lebih lanjut, Pemprov Lampung juga tengah menyiapkan formulasi harga singkong yang adil dan transparan dengan mempertimbangkan kadar pati, biaya produksi, serta tren harga global.
BACA JUGA:Dua Narapidana Rutan Kotabumi Diduga Kabur, Petugas Jaga Langsung Bantah
“Kebijakan harga tidak boleh hanya berpihak ke satu sisi. Kalau harga dipaksa naik tanpa dukungan pasar, industri bisa kolaps. Keseimbangan antara petani dan pabrik sangat penting agar keduanya bisa bertahan,” jelasnya.
Selain memperkuat kemitraan, Pemprov Lampung juga meningkatkan **pelatihan dan pendampingan teknis** bagi petani agar dapat memenuhi standar kualitas industri dan menjaga kontinuitas pasokan bahan baku.
“Hubungan antara pabrik dan petani harus harmonis dan saling menguntungkan. Dengan kemitraan yang kuat, tata niaga yang sehat, serta dukungan pemerintah yang konsisten, Lampung bisa bertahan menghadapi tekanan harga global,” pungkas Mulyadi Irsan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




