
Festival budaya, dokumentasi tradisi, hingga program pendidikan berbasis budaya mulai digalakkan untuk memperkenalkan kembali perujak kepada generasi muda.
Meski belum banyak dibahas dalam penelitian ilmiah, beberapa komponen dalam perujak sebenarnya memiliki manfaat kesehatan.
Buah pinang diketahui memiliki senyawa yang bisa membantu mengencangkan gusi, kapur sirih memiliki sifat basa yang membantu menetralisir asam dalam mulut, sementara gambir bersifat antibakteri.
BACA JUGA:Wayang Timplong: Cerminan Kesederhanaan dan Kejayaan Budaya Nganjuk
Namun, jika digunakan secara berlebihan, beberapa bahan ini juga bisa menimbulkan efek samping seperti iritasi gusi atau bahkan peningkatan risiko kanker mulut.
Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan ilmiah yang lebih mendalam untuk meneliti keamanan serta manfaat nyata dari tradisi perujak.
Menjaga kelestarian perujak tidak berarti menolak kemajuan zaman. Justru sebaliknya, pelestarian bisa dilakukan dengan pendekatan yang adaptif dan kontekstual.
Misalnya, memperkenalkan perujak dalam bentuk kemasan modern atau menjadikannya bagian dari pelajaran budaya lokal di sekolah-sekolah.
BACA JUGA:Tari Ambarang: Ekspresi Budaya dan Kreativitas Masyarakat Jawa Timur
Perujak juga bisa dipromosikan melalui media digital, baik dalam bentuk video dokumenter, cerita rakyat, maupun kampanye pelestarian budaya.
Dengan begitu, generasi muda tetap bisa menghargai nilai-nilai luhur tradisi tanpa harus meninggalkan gaya hidup modern mereka.
Tradisi perujak dari Sumbawa adalah warisan budaya yang menunjukkan bagaimana masyarakat lokal memanfaatkan bahan alam untuk menjaga kesehatan, sekaligus memperkuat nilai-nilai sosial dan budaya.
Di tengah gempuran modernisasi, upaya untuk mengenalkan dan melestarikan tradisi seperti perujak adalah langkah penting agar akar budaya bangsa tetap kuat dan tidak lekang oleh waktu.(*)