
Guna menjaga kelestarian, generasi muda didorong untuk terlibat—baik sebagai partisipan maupun inovator.
Festival karapan sapi kini dilengkapi dengan dokumentasi, live streaming, hingga lomba foto agar lebih menarik di era digital.
Sebagian komunitas juga mengadakan seminar atau workshop pelatihan tentang teknik beternak dan latihan sapi agar balapan tetap mengutamakan kesejahteraan hewan.
BACA JUGA:Tari Tupping: Tarian Tradisional Lampung Selatan yang Penuh Sejarah dan Makna
Transformasi positif seperti ini memungkinkan karapan sapi tetap lestari, relevan, dan disukai oleh berbagai kalangan—mulai dari warga lokal hingga wisatawan asing.
Karapan sapi adalah perpaduan unik antara budaya, ekonomi, dan komunitas.
Dari asal usulnya di sawah hingga menjadi event nasional, tradisi ini menampilkan karakter masyarakat Madura: gigih, kompak, dan penuh kebanggaan.
Meski dihadapkan pada kritik, ia berhasil melakukan adaptasi—menjadi simbol tradisi yang humanis, modern, dan tetap penuh makna.(*)