Nasi Penggel, Sajian Tradisional Jawa yang Sederhana namun Sarat Makna
Nasi penggel bukan sekadar hidangan pengenyang, melainkan cerminan nilai budaya yang diwariskan secara turun-temurun.-Foto Instagram@kulinerkebumen-
MEDIALAMPUNG.CO.ID – Nasi penggel merupakan salah satu hidangan tradisional khas Jawa yang masih bertahan hingga kini, meski arus modernisasi terus bergerak cepat. Sajian ini dikenal lewat bentuknya yang unik, yakni nasi putih yang dipadatkan menggunakan tangan hingga membentuk gumpalan kecil atau lonjong.
Dalam bahasa Jawa, proses memadatkan nasi tersebut disebut “digel”, yang kemudian melahirkan sebutan nasi penggel.
Keistimewaan nasi penggel tidak hanya terlihat dari bentuknya, tetapi juga dari nilai budaya yang melekat di balik penyajiannya.
Pada masa lampau, nasi penggel menjadi solusi praktis masyarakat Jawa dalam menyajikan makanan, khususnya saat acara kebersamaan seperti kenduri, selamatan, maupun pertemuan keluarga besar.
Dengan nasi yang dipadatkan, pembagian porsi menjadi lebih mudah dan adil bagi setiap orang.
BACA JUGA:Peringati HUT Ke 80 PGRI, Marsudi : Tanpa Guru Indonesia Tidak Akan Maju
Cara Penyajian yang Tradisional
Nasi penggel umumnya dibuat dari nasi putih yang masih hangat agar mudah dibentuk.
Nasi kemudian dipadatkan dengan tangan hingga berukuran kecil, cukup untuk sekali atau dua kali suapan.
Dalam tradisi Jawa, nasi penggel kerap disajikan di atas pincuk daun pisang yang memberikan aroma khas sekaligus mempertegas kesan alami dan sederhana.
BACA JUGA:Skema KUR BRI 2025 Pinjaman Rp 100 Juta Tenor 60 Bulan dan Simulasi Angsurannya
Hidangan ini hampir selalu disantap bersama sayur berkuah santan, seperti sayur lodeh, bobor, atau sayur labu.
Kuah santan yang gurih membantu melunakkan tekstur nasi yang padat, menciptakan perpaduan rasa yang seimbang.
Lauk pendampingnya pun beragam, mulai dari tempe, tahu, ikan asin, telur, hingga daging, menyesuaikan kebiasaan daerah dan kondisi ekonomi masyarakat.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




