Warisan Upacara Pernikahan Bangsawan Majapahit dalam Budaya Jawa Masa Kini
Budaya pernikahan Majapahit diwariskan lewat ritual sakral dalam adat Jawa-Foto Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta-
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Pada masa keemasan Kerajaan Majapahit, pernikahan di kalangan bangsawan dan keluarga penguasa bukan sekadar urusan pribadi atau keluarga.
Lebih dari itu, upacara pernikahan menjadi simbol penting yang mencerminkan kekuasaan, status sosial, serta keutuhan tatanan politik dan budaya kerajaan.
Setiap prosesi yang dilaksanakan sarat dengan makna spiritual dan sosial yang diwariskan secara turun-temurun, hingga akhirnya menjadi bagian dari adat pernikahan masyarakat Jawa yang masih kita kenal saat ini.
BACA JUGA:Tradisi Nginang di Masa Majapahit: Rahasia Sehat dan Harum dari Leluhur Nusantara
Pernikahan Sebagai Cermin Status dan Kekuasaan
Di istana Majapahit, pernikahan antara bangsawan dianggap sebagai peristiwa besar yang menyatukan dua garis keturunan berpengaruh.
Bagi masyarakat saat itu, pernikahan bukan sekadar penyatuan dua individu, melainkan penyatuan dua kekuatan sosial dan politik yang memiliki dampak luas. Karena itulah, setiap tahapan dilakukan dengan penuh kehormatan dan mengikuti tata cara yang ketat.
Ritual-ritual seperti siraman atau mandi pengantin, paes ageng (rias wajah khas pengantin), serta prosesi temu manten menjadi bagian dari rangkaian sakral tersebut. Setiap tahapan memiliki simbol tersendiri. Misalnya, siraman melambangkan penyucian diri, sementara paes melambangkan kesempurnaan lahir batin bagi calon pengantin sebelum memasuki kehidupan rumah tangga.
Dalam konteks bangsawan Majapahit, prosesi ini juga menjadi lambang keseimbangan antara manusia, alam, dan leluhur. Keseimbangan tersebut dianggap penting karena dipercaya menjaga harmoni dan keberuntungan bagi keluarga yang baru terbentuk.
BACA JUGA:Jejak Wayang Kulit Majapahit, Warisan Agung Seni dan Spiritualitas Nusantara
Busana dan Simbol Keagungan
Pakaian yang dikenakan dalam pernikahan bangsawan Majapahit bukan sekadar busana indah, melainkan perwujudan identitas dan status sosial. Laki-laki biasanya mengenakan beskap dengan keris terselip di pinggang sebagai simbol keberanian dan perlindungan, sedangkan perempuan tampil anggun dengan kain batik khas dan tata rias yang menggambarkan kelembutan serta kehormatan.
Selain menunjukkan estetika yang tinggi, busana pengantin Majapahit sarat akan filosofi. Setiap warna, pola, dan aksesoris memiliki arti mendalam.
Warna emas, misalnya, melambangkan kemakmuran dan kejayaan, sedangkan motif batik yang rumit menggambarkan kedalaman makna dan kearifan budaya kerajaan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




