Menjejak Puncak Cartenz: Keajaiban Salju Abadi di Tanah Papua

BACA JUGA:Menelusuri Pesona Singkawang, Kota Seribu Kelenteng

Mendaki Cartenz bukan perjalanan biasa. Calon pendaki wajib menyiapkan diri secara fisik dan mental. Latihan ketahanan, teknik panjat, serta adaptasi cuaca ekstrem menjadi syarat mutlak. 

Selain itu, izin resmi harus diperoleh dari otoritas setempat karena kawasan ini termasuk area konservasi terbatas. 

Biasanya, pendaki menggunakan jasa operator wisata berlisensi yang menyediakan pemandu lokal berpengalaman.

Para pemandu ini tak hanya berperan sebagai penunjuk jalan, tetapi juga penjaga budaya. Mereka memastikan setiap pendaki menghormati alam dan adat yang berlaku di wilayah tersebut.

BACA JUGA:Bukit Kelam, Keagungan Batu Tunggal di Tanah Borneo

Sebelum menuju titik pendakian, Timika menjadi kota transit utama. Di sini, para pendaki bisa beristirahat di sejumlah penginapan nyaman seperti Hotel Timika Indah atau Lorentz Eco Lodge yang menawarkan pemandangan alam asri. 

Tak lengkap rasanya jika tak mencicipi kuliner khas Papua—papeda dengan kuah ikan kuning, ikan bakar Manokwari, atau kopi Papua yang harum.

Kedai-kedai lokal di Timika menjadi tempat favorit para pendaki berbagi cerita, menyusun strategi, atau sekadar menikmati malam sebelum menghadapi tantangan berat esok hari.

Menapaki Puncak Cartenz bukan hanya tentang menaklukkan ketinggian, tetapi juga perjalanan mengenal diri dan menghormati alam. 

BACA JUGA:Menyelami Pesona Pulau Kakaban, Surga Ubur-Ubur Langka di Laut Berau

Setiap langkah menuju puncak adalah perenungan—tentang kerasnya alam, tentang keteguhan manusia, dan tentang keindahan yang tak bisa dimiliki, hanya bisa dinikmati.

Di puncak salju yang sunyi itu, di antara awan dan batu, setiap pendaki menemukan makna tersendiri: rasa syukur, kebanggaan, dan kesadaran bahwa Indonesia memiliki surga yang tak ternilai di ujung timurnya.(*)

Sumber: