Titi, Seni Tato Tradisional Suku Mentawai
Bagi masyarakat Mentawai, Titi adalah buku sejarah yang tertulis di kulit. Foto:[email protected] --
BACA JUGA:Hyundai Gunakan Baterai Nikel Berenergi Tinggi untuk Mobil Listrik di Indonesia
Alat dan Bahan Tradisional
Berbeda dengan tato modern yang menggunakan mesin, Titi dikerjakan secara manual menggunakan jarum atau duri yang dipukul-pukul perlahan untuk memasukkan tinta ke kulit.
Tinta tato dibuat dari campuran arang kayu, minyak kelapa, dan kadang getah pohon, menghasilkan warna hitam pekat yang tahan lama. Prosesnya memakan waktu lama, tergantung ukuran dan kerumitan motif.
Karena dikerjakan secara tradisional, rasa sakit yang dirasakan cukup intens, sehingga hanya mereka yang benar-benar siap secara mental dan fisik yang sanggup menjalaninya.
BACA JUGA:8 Mobil Listrik Hatchback Terbaik yang Patut Masuk Daftar Belanja Anda Tahun Ini
Makna Filosofis
Titi bukan hanya perhiasan tubuh, tetapi juga bekal spiritual. Suku Mentawai percaya bahwa ketika seseorang meninggal, tato yang dimilikinya akan dibawa ke alam roh.
Tubuh yang dihiasi Titi dianggap lebih indah dan lengkap di hadapan leluhur.
Oleh karena itu, setiap tahap pembuatan tato memiliki nilai sakral, mulai dari persiapan, upacara adat, hingga penyelesaian motif.
BACA JUGA:Karena Ada Masalah Misterius, Suzuki Akhirnya Hentikan Penjualan Jimny 5 Pintu
Tantangan di Era Modern
Masuknya pengaruh budaya luar, perkembangan teknologi, dan aturan kesehatan membuat praktik Titi semakin jarang dilakukan.
Banyak generasi muda yang memilih untuk tidak melanjutkan tradisi ini, baik karena alasan estetika modern maupun keterbatasan waktu dan biaya.
Padahal, Titi menyimpan kisah panjang yang menjadi bagian dari identitas kultural Mentawai.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:





