Pergeseran Musim Kemarau 2025: Sejumlah Wilayah Alami Perubahan Pola Cuaca

Musim kemarau 2025 alami pergeseran waktu dan durasi-Ilustrasi Freepik-
MEDIALAMPUNG.CO.ID - Musim kemarau tahun ini datang dengan dinamika yang tak sesuai perkiraan awal.
Data terbaru dari lembaga cuaca nasional menunjukkan adanya perubahan signifikan pada waktu kedatangan musim kering di berbagai daerah di Indonesia.
Wilayah Jawa dan Bali serta Nusa Tenggara menjadi kawasan yang paling terdampak seperti di Pulau Jawa sejumlah zona musim yang semula diprediksi mulai kering pada akhir April hingga awal Mei kini harus menunggu hingga akhir Mei bahkan memasuki Juni.
Sementara itu, pola yang serupa juga terjadi di Bali dan Nusa Tenggara, dengan pergeseran waktu yang berkisar dua hingga empat dasarian.
BACA JUGA:KUR Mandiri 2025 Resmi Dibuka, Pinjaman Modal Usaha Hingga Rp500 Juta Tanpa Ribet!
Fenomena ini memberi dampak cukup besar, khususnya bagi masyarakat yang menggantungkan hidup pada kestabilan cuaca, seperti petani.
Di beberapa wilayah seperti Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur, perubahan ini bahkan lebih ekstrem dengan mundurnya musim kemarau hingga lima dasarian dari proyeksi semula.
Kendati terjadi kemunduran di awal, puncak kemarau diprediksi masih akan berlangsung pada bulan Juli hingga Agustus.
Namun, tak semua daerah mengalami pola serupa. Di beberapa kawasan seperti Jawa dan Papua, puncak kemarau diprediksi terjadi lebih dini.
BACA JUGA:Pantai Kuta, Jejak Sejarah di Ujung Selatan Bali
Sebaliknya, di wilayah Sumatera dan Sulawesi, puncaknya justru diperkirakan datang lebih lambat.
Selain pergeseran waktu, lama musim kemarau pun ikut berubah. Di sejumlah besar wilayah, seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Sulawesi, musim kering tahun ini diperkirakan berlangsung lebih singkat.
Namun di sisi lain, ada pula daerah-daerah tertentu yang justru diproyeksikan mengalami musim kemarau lebih panjang dari biasanya, bahkan mencapai lebih dari 24 dasarian.
Situasi ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat agar tetap waspada dan sigap menghadapi kondisi iklim yang tak lagi menentu. Pembaruan informasi cuaca secara berkala menjadi kunci dalam menyusun strategi adaptasi, baik di tingkat individu maupun kelembagaan. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: