Wae Rebo, Permata Budaya di Atas Awan Flores

Wae Rebo, Permata Budaya di Atas Awan Flores

Wae Rebo, wisata budaya di Flores. Foto -- unsplash.com --

MEDIALAMPUNG.CO.ID – Terletak di pelosok Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Wae Rebo merupakan desa adat yang masih menjaga kearifan lokal dengan sangat utuh. 

Berada di dataran tinggi wilayah Manggarai, desa ini berdiri pada ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. 

Lingkungannya yang sejuk dan lanskap pegunungan yang indah menghadirkan suasana damai, menjadikan Wae Rebo dikenal luas sebagai "desa di atas awan".

Lebih dari sekadar destinasi wisata, Wae Rebo adalah potret kehidupan masyarakat yang bersinergi dengan alam dan tetap teguh memelihara nilai-nilai tradisi. 

BACA JUGA:Rewang: Tradisi Gotong Royong yang Tetap Hidup di Tengah Masyarakat Jawa

Desa ini telah menarik banyak wisatawan mancanegara karena keasliannya yang terjaga meskipun dunia terus bergerak menuju modernisasi.

Pada tahun 2012, Wae Rebo memperoleh pengakuan dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia. Status ini semakin mengukuhkan nilai penting desa tersebut, bukan hanya bagi bangsa Indonesia, tetapi juga dalam konteks pelestarian budaya global.

Untuk mencapai Wae Rebo, wisatawan harus memulai perjalanan dari kota terdekat menuju Desa Denge. Dari titik tersebut, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih enam kilometer melewati jalur pendakian yang melintasi hutan hujan tropis.

Waktu tempuh pendakian sekitar tiga jam, melewati jalan setapak, sungai kecil, dan tanjakan di tengah lebatnya pepohonan. Meski rute cukup menantang, pemandangan alam yang menakjubkan dan suasana tenang sepanjang perjalanan memberikan pengalaman yang sangat memuaskan.

BACA JUGA:Tenun Ulap Doyo: Kain Tradisional Kalimantan Timur yang Sarat Nilai Budaya

Setibanya di desa, para pengunjung akan disambut oleh rumah-rumah tradisional berbentuk kerucut yang dikenal sebagai Mbaru Niang. 

Rumah-rumah ini dibangun menggunakan material alami seperti kayu dan daun lontar, serta terdiri dari beberapa tingkat yang memiliki fungsi berbeda—mulai dari tempat tinggal hingga ruang penyimpanan. Biasanya, satu rumah dihuni oleh beberapa keluarga dari satu garis keturunan.

Desain arsitektur Mbaru Niang bukan hanya menarik secara visual, tetapi juga kaya akan makna filosofis. Ia mencerminkan prinsip kehidupan bersama, keterhubungan spiritual dengan alam dan leluhur, serta semangat gotong royong yang menjadi jiwa masyarakat Wae Rebo.

Warga desa menjalani kehidupan sederhana, mengandalkan hasil pertanian dan perkebunan sebagai mata pencaharian utama. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: